HUKUM KASIH

³⁴Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka ³⁵dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: ³⁶”Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” ³⁷Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. ³⁸Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. ³⁹Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. ⁴⁰Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 22)

Bacaan Alkitab
Hakim-Hakim 7-9

Bila memperhatikan ayat 36 dalam versi Terjemahan Baru maka kita menemukan penggunaan istilah yang sama namun dalam artian yang berbeda. Hukum manakah, menggunakan kata entolē yang diterjemahkan sebagai perintah, sementara kata hukum Taurat menggunakan kata nomos yang diartikan sebagai Mosaic Law atau Taurat yang menjadi rujukan mereka. Sehingga ketika orang Farisi menanyakan tentang hukum yang terutama tentu hal ini merujuk kepada sebuah perintah yang pada hakekatnya mereka semua tahu – yakni Hukum Kasih yang termanifestasi dalam 2 (dua) hal yakni, mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi; dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Respon ideal dari sebuah perintah adalah TAAT, taat untuk melakukan perintah itu. Dan setiap perintah selalu melahirkan kosekuensi yang merupakan akibat langsung dari respon itu sendiri. Sederhananya, ketika kita tidak mau mengasihi sesama maka secara langsung kita akan menerima kosekuensi sosial; mungkin saja kita tidak memiliki teman, orang² malas bergaul dengan kita, lambat laun kita dikucilkan, bahkan ketika kita mengalami musibah maka tidak seorangpun yang bersedia menolong kita. Hal² yang wajar terjadi ketika relasi horizontal terjalin tidak harmonis dan melahirkan mutualisme yang kurang baik.
Atau, ketika kita tidak mengasihi TUHAN maka sama hal-nya dengan memutuskan hubungan dengan TUHAN, dan tidak mau me-ngait²-kan segala sesuatu dalam hidupnya dengan TUHAN, maka seharusnya kosekuensinya siap kita hadapi; sekalipun TUHAN yang Mahasabar tetap KASIH adanya, dan bisa menggunakan berbagai perkara untuk menyatakan ke-Mahakuasaan-Nya.
Perenungan kita dalam minggu ini, bahkan bulan ini akan membicarakan tentang kasih, baik dari sisi pengajarannya/ dogma-nya/ doktrin-nya/ teologi-nya/ pemahaman²-nya; juga mempelajari & menelisik lebih dalam dan lebih detail tentang implikasi² logis-nya – dalam artian: keterkaitan atau kosekuensi dari sebuah cara berpikir yang berdampak pada tindakan, atau sebaliknya dari sebuah tindakan atau peristiwa yang mempengaruhi seseorang untuk membangun pengertian/ cara berpikirnya. Bahkan tidak berhenti sampai di implikasi-nya saja, tetapi juga merealisasi kasih dalam wujud tindakan selalu menjadi harapan untuk dikerjakan oleh setiap orang percaya yang selalu dikenyangkan & dipuaskan kasih TUHAN. Mari kita gumulkan bersama.
Tuhan memberkati anak²-Nya yang selalu dikasihi-Nya. -JP