MEREKA BILANG KEBENARAN ITU RELATIF

Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. (Hakim-Hakim 21:25)

Bacaan Alkitab
Ualngan 27-28

Setelah manusia jatuh dalam dosa, dipastikan manusia kehilangan segalanya dan dengan situasi tersebut manusia kemudian membangun dasar kebenaran sendiri. Sehingga tidak heran manusia sering kali merasa bahwa mereka dapat membuat keputusan moral dan menentukan kebenaran tanpa otoritas dari Tuhan. Kita sering kali tergoda untuk mengikuti arus dunia yang menawarkan kebebasan tanpa batas, tetapi tanpa arah yang jelas. Dimana orang sering kali mendefinisikan kebenaran sesuai dengan preferensi pribadi, kepentingan, atau pandangan dunia mereka, mereka mengabaikan kebenaran objektif yang Tuhan tetapkan. Kecenderungan ini juga sangat jelas dalam kehidupan sehari-hari, di mana orang sering berusaha mencari pembenaran untuk pilihan hidup atau tindakan mereka yang salah. Jika itu baik bagi saya, maka itu benar. Hal ini mengarah pada relativisme kebenaran yaitu gagasan bahwa kebenaran dapat bervariasi dari satu orang ke orang yang lain, tergantung pada perspektif pribadi masing-masing. Rasanya kebenaran bukan lagi menjadi rujukan, tetapi kebenaran kemudian dibuat untuk kepentingan.
Dalam bacaan kita hari ini mencerminkan kondisi bangsa Israel pada masa Hakim- Hakim, dimana mereka berjalan dan bertindak semaunya, mereka berjalan tanpa arah, tanpa rute yang jelas. Sehingga bangsa Israel dalam kitab Hakim-Hakim sering digambarkan sebagai sebuah lingkaran setan atau siklus yang berulang. Siklus ini mencerminkan pola yang terus-menerus, di mana Israel jatuh ke dalam dosa, mengalami akibat dari dosa tersebut, kemudian dipulihkan oleh Tuhan, dan akhirnya kembali jatuh ke dalam dosa setelah pemulihan dan seterusnya. Problemnya cuman satu dimana mereka tidak memiliki raja. Sebenarnya bukan tidak ada raja yang memimpin mereka, tetapi mereka justru menolak Allah sebagai raja mereka (lihat 1 Sam 8:5-7). Artinya mereka menginginkan hidup sesuai keinginan mereka sendiri.
Jadi ketika hidup kita tidak tidak lagi mau dipimpin oleh Tuhan, kita kemudian mulai banyak alasan dan protes sama Tuhan, dengan membangun pembenaran di hadapan Tuhan. Maka mari kita kembali merenungkan, jangan-jangan kita sedang diperdaya oleh Iblis dengan membangun kebenaran yang relative, alhasil kita tidak bisa lagi komitmen, tidak disiplin, tidak taat, susah bersyukur, hilang sukacita, rasanya semuanya hitam pekat. Sebagai orang Kristen tidak ada hidup yang lebih indah selain hidup yang berjalan sesuai dengan kebenaran Firman Allah apapun kondisi kita, dengan kata lain kita selalu dipimpin dan diarahkan oleh Tuhan. (GN)

Doa: Tuhan mungkin selama ini kami menyadari bahwa tindakan kami salah dengan membangun kebenaran sendiri. Tetapi rasanya sulit untuk beranjak dari sana. Tetapi kami bersyukur bahwa karena kami diingatkan untuk harus keluar dari sana, Tuhan tolong kami. Amen