KASIH-NYA Bagi Dunia Itu ANUGERAH Semata
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)
Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang- orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak- Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! (Roma 5:6, 8, 10)
Bacaan Alkitab
Ulangan 11-12
Yohan Candawasa dalam bukunya menceritakan sebuah drama natal yang dilatar belakangi kerusuhan Mei 1998. Diceritakan ada seorang pedagang obat yang tokonya habis dibakar, istrinya dibunuh dan putrinya diperkosa. Untuk melupakan pengalaman pahit itu, maka ia membawa putrinya pindah ke tempat yang jauh dari Jakarta. Suatu ketika di tempat yang baru itu, dibawalah salah seorang yang ikut membunuh istrinya dan memperkosa putrinya. Orang itu dalam keadaan tak sadarkan diri, dan mereka yang membawanya berharap agar orang yang mengerti obat- obatan itu mau menolongnya. Pemilik toko obat itu bergumul sangat berat. Betapa ingin ia memberi racun pada orang sakit itu. Tetapi diakhir pergumulannya, ia memutuskan untuk memberi pertolongan.
Orang yang sakit itu adalah musuh, ia sedikitpun tidak berhak mendapat perlakuan yang baik dari orang yang disakitinya. Bahkan seharusnya ia mendapat hukuman seberat-beratnya, dan tidak layak mendapat kebaikan sedikitpun. Akan tetapi, hari itu anugerah telah diberikan kepadanya. Ia diobati oleh seorang yang seharusnya menghukumnya. Kisah tersebut kiranya dapat menolong kita agar dapat memahami bahwa kasih Allah bagi kita adalah anugerah semata.
Kasih Allah yang merupakan anugerah ditegaskan Yohanes: “karena begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak- Nya”, meski dunia sudah jatuh dalam dosa. Paulus menegaskan hal senada: Kristus mati bagi kita waktu “kita masih lemah, ketika kita masih berdosa, dan ketika kita masih seteru”, ketiganya menunjukkan kapan kasih Allah itu dinyatakan bagi kita. Dalam kelemahan, keberdosaan, dan pemberontakan kita, tidak ada sedikitpun hal yang membuat kita layak dihadapan-Nya. Allah mengasihi bukan karena kita pantas menerima dan mendapatkannya. Bukan pula karena kesalehan, ketaatan, maupun kesetiaan kita dalam pelayanan, melainkan hanya karena ANUGERAH ALLAH semata. (SP)
Refleksi: Kita dikasihi bukan karena kehebatan, bukan karena kebaikan atau status sosial kita, melainkan ANUGERAH semata.