HAPPY ENDING SESUNGGUHNYA
“Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” (Ibrani 12:11)
Bacaan Alkitab
Matius 2
Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Suara.com, cerita fiksi bisa saja dibuat memiliki akhir yang menyedihkan dan menyesakkan hati. Namun, ternyata banyak orang lebih suka dengan cerita dengan happy ending. Hal tersebut sesuai dengan hasil survei yang dilakukan Cabaca, melibatkan 257 responden, sebanyak 74,32 persen responden memilih happy ending sebagai akhir cerita yang lebih disukai, diikuti open ending sebesar 15,95 persen, dan sad ending 9,73 persen. Salah satu responden pun memberikan alasannya berkenaan happy ending yaitu sebuah cerita yang menyajikan akhir bahagia terasa jauh lebih berkesan dan akan selalu diingat. Dan mereka berharap tokoh utama bisa menemukan kebahagiaan setelah lika-liku permasalahan dalam hidupnya.
Sebelum alasan-alasan diatas muncul Tuhan sudah lebih dahulu merancang dampak dari happy ending tersebut terhadap anak-anak-Nya. Dalam bacaan kita juga hari ini sepertinya mengangkat isu tentang happy ending, bagaimana kemudian kata “tetapi” untuk menghubungkan sebuah peristiwa awal dan akhir yang dimana ada perbedaan yang sangat mendasar, dari yang tidak mengenakkan menjadi sesuatu yang menyenangkan, ada dampak yang terjadi, seperti ada peribahasa mengatakan bahwa, “bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian”. Sekalipun happy ending disini tidak selama diperoleh selama kita di dunia seperti yang dialami oleh Ayub (Ayub 42:7-17), tetapi yang jelas bahwa ending yang bahagia itu kita dapatkan bersama Tuhan Yesus kelak dalam kekekalan “Yoh 14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu”. Penulis Surat Ibrani tidak menjanjikan bahwa kedamaian dan sukacita akan muncul pada saat situasi penerima surat diubahkan oleh Tuhan. Situasi mungkin tetap sama bahkan bisa saja lebih sulit, tetapi satu hal yang pasti kita semakin mengerti kebenaran seperti yang alami oleh Paulus dan Barnabas dalam Kis 14:11-15 “di Listra mereka disebut Dewa….”, dimana bisa saja Paulus dan Barnabas menggunakan kesempatan ini mencuri kemuliaan Tuhan, mengingat mereka seringkali mendapati hidupnya lebih banyak menderita karena Injil. Tetapi hal itu tidak terjadi karena bagi mereka kebenaran dan damai sejatera bukan terjadi dari pengakuan orang-orang atau kenyamanan yang kita nikmati tetapi dari Tuhan Yesus yang mengutus mereka. Jadi, jelas bagi Barnabas dan Paulus happy ending yang sesungguhnya, semakin mengenal kebenaran dan mengalami damai sejatera sekalipun harus melewati penderitaan didalamnya.
Doa: Kami bersyukur ya Tuhan, bahwa satu kepastian didalam Engkau yaitu sudah pasti hidup bersama dengan Engkau kelak dalam kekekalan, dan pimpinlah kami dalam proses-Mu, Amin. (gn)