ANAK SEBAGAI AGEN KASIH ALLAH

Bacaan Alkitab
2 Raja-raja 20-21

Entah usia batita atau pun sudah bekerja, kita adalah seorang anak dari orang tua kita. Dan di setiap musim usia, kita mendapati ketaatan menjadi
pergumulan tersendiri; anak usia balita yang mau bermain sesuka hati dan tidak mau mendengar arahan, anak remaja yang lebih mengikuti apa yang
dikatakan dan dilakukan teman dan dunia daripada apa yang dikatakan orang tua, anak pemuda yang merasa diri independen dan dewasa sehingga
berpikir berhak menentukan keputusan-keputusan besar tanpa nasihat orang tua, seorang dewasa yang merasa pemikiran orang tua sudah kolot dan tidak
relevan, dan berbagai hal yang mungkin dapat kita tambahkan di daftar melalui pengalaman kita sendiri. Ketegangan yang sering terjadi antara
orang tua dan anak tidak jarang melibatkan area ‘ketaatan vs ketidaktaatan’ ini. Orang tua menjadi frustasi karena berpikir sudah memberikan arahan
yang baik, tapi tidak didengar. Orang tua menjadi putus asa karena sekalipun sudah membentengi anak dengan berbagai peraturan yang baik namun
ternyata anak tidak bertumbuh seperti apa yang diinginkan.
Seringkali kita dengan mudah mengaitkan ketaatan dengan hukum/peraturan, namun jika hanya berhenti sampai di sana, cepat atau lambat ketegangan seperti dicontohkan di atas akan terjadi. Perhatikan satu hal; jika peraturan dan hukum mampu membentuk dan mengubahkan anakanak, maka Yesus tidak perlu datang ke dunia! Baik kita sebagai orang tua atau pun sebagai seorang anak, kita perlu menyadari bahwa peraturan memang baik dan perlu untuk menyadarkan kita akan apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang Tuhan inginkan dan apa yang tidak. Namun peraturan saja tidak cukup untuk mengubahkan hati yang berdosa. Kita perlu melihat lebih jauh dan dalam. Daripada hanya melihat kepada aturan yang diberikan orang tua—yang mungkin kita anggap kolot dan tidak relevan—lihatlah
kepada otoritas yang diberikan Allah kepada orang tua (untuk mendidik kita), dan daripada melihat hanya kepada otoritas Allah, lihatlah kepada kasih
Allah yang menjaga kita. Berfokus kepada aturan dan otoritas yang ‘wajib’ kita ikuti mungkin tidak menyenangkan, namun mengalihkan fokus kepada
kasih yang ada di balik semua itu, memungkinkan kita untuk belajar memahami esensi dan tujuan dari setiap aturan, dan memampukan kita
untuk merengkuh kasih yang diberikan oleh Allah melalui orang tua. Alihkan pandangan kita kepada kasih itu, pahami, hidupi, dan nikmati. (dan)