PANGGILAN UNTUK BERBAGI DAN MEMBERI: DIDASARKAN PADA KERELAAN
Filipi 2: 5-7
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
📖 2 Kor. 8: 4
Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.
Bacaan Alkitab
Mzm 3-4, 12-13, 28, 55
Renungan
Perenungan hari ini mengajak kita untuk memberi dengan kerelaan. Kerelaan menjadi bagian yang bukan menjadi milik banyak orang karena kerelaan menjadi bagian yang dimiliki oleh orang yang telah meneladani Kristus di dalam hidupnya. Kristus mempraktekkan kerelaan ini dengan sangat luar sebagaimana yang dituliskan di dalam Filipi 2: 5-7. Dikatakan bahwa Yesus mengosongkan diri-Nya dan menjadi manusia di dalam rupa seorang hamba yang mati dalam ketaatan di atas kayu salib. Langkah mengosongkan diri merupakan langkah yang didasarkan kepada kerelaan hati bukan kepada paksaan. Hal ini bisa terlihat dengan jelas dalam pergumulan di Getsemani ketika Yesus berkata, “Bukan kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mu” (Luk. 22: 42).
Jemaat di Makedonia adalah jemaat yang meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Ketika ada pengumpulan bantuan untuk jemaat di Yerusalem, jemaat Makedonia digerakkan oleh kasih Allah untuk oleh kasih Allah untuk mengambil bagian secara sukarela. Keinginan ini disampaikan kepada rasul Paulus bahkan mereka mendesak Rasul Paulus untuk mengijinkan mereka mengambil bagian. Tentu saja situasi ini di luar ekspektasi rasul Paulus karena rasul Paulus tahu situasi dan kondisi jemaat Makedonia. Sehingga mungkin saja rasul Paulus sempat berpikir kalau jemaat Makedonia tidak ikut mengambil bagian, hal itu bisa dipahami dan dimengerti karena situasi mereka juga sulit. Tetapi yang terjadi tidak seperti pemikiran rasul Paulus tetapi sebaliknya mereka mau dan rela untuk mengambil bagian dalam membantu jemaat yang ada di Yerusalem.
Saudaraku, seringkali kita berpikir situasi kita menghambat kita untuk berbagi dan memberi tetapi ketika kita belajar dari jemaat Makedonia maka kita mendapati bahwa kesulitan mereka tidak menghalangi mereka untuk berbagi dan memberi. Kiranya Tuhan menolong dan memampukan kita untuk berani seperti jemaat di Makedonia. Tuhan memberkati. -JHO