IMAJINASI DIRI DALAM FIRMAN: JIKA LUMPUH SEBELAH TANGAN

Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah         tanganmu!” Dan                                   ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. (Markus 3:4-5)

Bacaan Alkitab
Yesaya 29-30
Wahyu 22
Amsal 23:19-21

Saya pernah mengalami kecelakaan kecil, pada waktu memangkas batang pohon nangka, saya terpeleset dan jatuh. Akibat kecelakaan itu membuat tangan kiri saya harus mendapat perawatan, dipasang gips, dan tidak boleh gerakkan kurang lebih dua bulan. Perasaan sedih, kecewa, menyesal karena merasa kurang hati- hati, berkecamuk dalam hati saya. Hal yang cukup membuat saya down adalah kekhawatiran apakah bisa sembuh seperti semula atau tidak. Selain itu, tentu saja Anda pasti tahu betapa sulitnya beraktivitas dengan satu tangan. Serasa semua hal menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Puji Tuhan, setelah perawatan kurang lebih dua bulan tangan kiri saya berangsur pulih.

Apa yang saya alami, secara medis tentu masih memungkinkan untuk sembuh. Akan tetapi bagaimana jika saya dan Anda mengalami lumpuh sebelah tangan, seperti yang dialami seseorang yang diceritakan dalam Markus 3:1-9? Kondisi itu mungkin saja sudah dialami bertahun-tahun, atau bisa jadi sudah dialaminya sejak lahir. Bayangkan seandainya ada bagian dalam hidup saya dan Anda yang tidak berdaya. Bertahun-tahun saya dan Anda hidup dalam keterbatasan. Saya dan Anda ingin hidup normal seperti yang lainnya. Akan tetapi rasanya itu adalah hal yang mustahil. Sebab tangan kanannya sudah lumpuh atau mati!

Pada hari Sabat, orang yang lumpuh tangan kanannya itu pergi ke rumah ibadat. Ia berharap akan mendapatkan penghiburan atau pengharapan. Namun, sepertinya itu tidak ia dapatkan. Orang Farisi (yang adalah para pemimpin agama) justru menjadikannya sebagai objek untuk mencari-cari kesalahan Yesus. Kalau Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu, maka mereka bisa mempersalahkan Yesus karena melangar hukum tentang hari Sabat. Para pemimpin agama   seharusnya   paham   mempraktikkan kebenaran. Tetapi mereka terjebak dalam legalisme beragama. Sehingga mengabaikan hal yang esensi didalam alkitab, yaitu: menyatakan kasih, kepedulian, dan kebaikan Allah bagi sesama. Dengan menyembuhkan orang yang tangan kanannya lumpuh, pertama Yesus mau menegaskan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat. Kedua, Yesus mau menegaskan bahwa Ia hadir untuk memulihkan dan memberikan pengharapan bagi yang tidak berdaya.

Refleksi: apakah saat ini saya dan Anda mengalami ketidakberdayaan? Mari datang pada Yesus, Ia akan memberi kelegaan, pemulihan dan pengharapan. -SP