IMAJINASI DIRI DALAM FIRMAN: BAGAIMANA JIKA SAKIT KUSTA DAN DIASINGKAN?

Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan- Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. (Markus 1:40-42)

Bacaan Alkitab
Yesaya 25-28
Wahyu 21
Amsal 23:17-18

Salah satu cara belajar alkitab yang menarik adalah dengan cara membayangkan atau meng-imajinaskan diri didalam firman yang sedang kita pelajari. Apakah di dalamnya ada tokoh, situasi, kondisi, atau peristiwa yang mirip dengan keadaan yang sedang atau pernah Anda alami. Selanjutnya merefleksikan dalam diri Anda, apa yang Allah kehendaki untuk dilakukan dalam hidup Anda. Dalam satu minggu kedepan, saya dan Anda akan diajak untuk belajar merenungkan firman Tuhan dengan meng- imajinasikan diri didalam firman-Nya.

Perlu diakui, bahwa salah satu kekurangan yang sering terjadi waktu saya dan Anda membaca alkitab adalah hanya membacanya sambil lalu. Akibatnya saya dan Anda tidak bisa memahami lebih mendalam dan tidak mendapatkan sesuatu. Padahal didalam dan melalui firman-Nya Allah ingin berbicara dan menyatakan kehendak-Nya. Oleh sebab itu, hari ini saya mengajak Anda untuk belajar membayangkan atau berimajinasi seandainya saya dan Anda menghadapi pergumulan hidup seperti yang dialami oleh Si Kusta dalam Markus 1:40-45.

Coba Anda bayangkan apa yang dialami, dirasakan, dan dihadapi Si Kusta selama hidupnya. Dalam budaya Yahudi, orang yang sakit kusta dianggap orang yang berdosa, najis, dan dikutuk Allah. Biasanya orang yang sakit kusta akan diasingkan. Bayangkan rasanya mendapat stigma sebagai orang yang hina, berdosa, najis, dan dikutuk Allah. Bayangkan rasanya diasingkan, hidup sendirian dan ‘terbuang’. Tidak ada yang berani mendekati, apalagi menentuhnya. Anda bisa bayangan, ketika Si Kusta berani tampil dimuka umum? Mungkin ada banyak mata yang melotot penuh kemarahan, sebagian membuang muka, mungkin ada yang langsung meludah, dan berteriak ‘pergi, jangan dekat-dekat dengan kami’. Apabila saya dan Anda adalah salah satu dari orang banyak yang berkumpul pada waktu itu, mungkin saya dan Anda juga bisa melakukan hal yang sama.

Seandainya saya dan Anda berada pada posisi Si Kusta itu, kira-kira apa yang paling kita harapkan dari Tuhan? Mungkin sama seperti harapan Si Kusta, supaya menjadi tahir, menjadi normal, dikasihi dan diterima. Itulah yang Yesus lakukan dalam hidup Si Kusta. Ia mendekati, menyentuhnya, menerimanya, dan memulihkan hidupnya. Bukankah itu yang telah Yesus lakukan didalam hidup saya dan Anda di kayu salib? Ia mengorbankan diri-Nya demi hidup saya dan Anda.

Refleksi: Seperti hati Yesus untuk orang yang ‘tidak dapat disentuh’, apakah saya & Anda bersedia mengasihi & menyentuh hidup mereka yang tidak dapat ‘disentuh?

-SP