SIKAP dan KESUNGGUHAN

⁵Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri. ⁶Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah. ⁷Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya. ⁸Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti. ⁹Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: “Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!”, karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. (Nehemia 8)

Bila kita memperhatikan tata cara ibadah gerejawi, maka kita terkadang menemukan ada perbedaan² yang dimunculkan. Misalkan, kapan kita duduk dan berdiri, kapan kita menundukkan kepala atau menengadahkan muka, kapan kita melipat tangan dengan jejari yang terpadu, kapan mengangkat tangan dan kapan membuka tangan seakan akan menerima sesuatu; dan masih banyak lagi SIKAP dan ekspresi² ibadah yang kita temui. Bila kita ingin mencari alasannya maka akan banyak tradisi & budaya yang menolong kita memahami apa yang disimbolkannya. Bahkan kita bisa menemukan nats bacaan yang menjadi alasan dasarnya.

Dalam bacaan kita hari ini, kita bisa melihat beberapa SIKAP (tubuh) yang ditunjukkannya. Tatkala Kitab dibuka (dan dibacakan) mereka berdiri, mengangkat tangan (sambil berkata Amin²), berlutut, bersujud sampai muka ke tanah. Bukan hanya itu, merekapun menunjukkan SIKAP (hati) yang merespon pembacaan kitab Taurat itu dengan ekspresi hati → menangis.

Mungkin kita bisa mencoba mengerti kondisi di atas dengan 2 (dua) pendekatan. Misal:

  • Apa yang terjadi merupakan bagian dari ritual yang telah men-tradisi. Kita masih bisa menemukan ibadah/ ritual² dengan ekspresi² demikian. Terlepas seperti apakah respon hati masing² umat, yang penting ada respon tubuh dan tatanan yang telah diseragamkan dan mungkin lebih jauh “dibakukan”.
    • Respon hati-lah yang membuat mereka memiliki ekspresi ibadah yang seperti itu. Merendahkan diri sunguh², menaklukkan diri sungguh², bertobat sungguh², mengalami jawaban & jamahan sungguh² dan masih banyak lagi respon/sikap hati yang bisa dinyatakan.

Ketika Alkitab terbuka di hadapan kita, ketika Alkitab dibacakan di hadapan kita, ketika Firman ALLAH diperdengarkan kepada kita, bagaimanakah SIKAP kita? Ber-sungguh²-kah kita untuk menghormatinya atau, sambil lalu?

DOA: Acapkali kami menempatkan pembacaan Firman TUHAN dan perenungannya sebagai bagian ritual semata, lalu kami menyimpulkan diri sebagai orang yang tidak diberkati oleh Firman-Mu. Ampuni keangkuhan kami ini. Tarik kami kepada Firman-Mu. Amin.

-JP