TEOLOGI DAN TUJUAN MANUSIA
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Kej 1:26-27
3 Cara Jitu Menuju Hidup Sukses, 5 Langkah Mempertahankan Hubungan Harmonis, 7 Hal Praktis untuk Pebisnis Kristen. Topik-topik seperti ini nampaknya cukup diminati oleh banyak orang karena menawarkan langkah-langkah praktis untuk sesuatu yang mereka hadapi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah banyak orang Kristen juga bertanya-tanya, Apa yang harus aku lakukan sebagai seorang pekerja Kristen? Apa yang harus aku lakukan untuk mendapat hidup yang diberkati?, dll. Tentu saja mereka tidak mendambakan sebuah jawaban filosifis teologis yang ada di awan-awan yang semakin membuat pusing dan bingung setelah keluar dari pintu gereja. Mereka mendambakan sebuah jawaban yang se-praktis mungkin, Kamu harus begini dan jangan begitu, dan dengan itu mereka melangkah keluar dengan yakin. Nampaknya cukup tepat dan cocok dengan tujuan gereja yang membumi, bukan? Tapi apa masalahnya? Mengapa kita harus hati- hati dengan topik-topik seperti ini? Pertama, jujurlah bahwa setiap orang memiliki kehidupan dan perjalanan yang unik yang tidak dapat digeneralisasi ke dalam 3,5,7 atau sekian langkah yang sama untuk semua orang. Beberapa tips mungkin berguna bagi beberapa orang, namun tidak bagi yang lainnya. Generalisasi hanyalah akan membawa kepada over-simplifikasi terhadap pergumulan dan kehidupan seseorang. Dan tentu itu bukan yang diinginkan. Kedua, dan yang lebih utama, adalah pengarahan kepada suatu tujuan hidup yang kurang tepat. Apa tujuan utama hidup kita? Mendapat kesuksesan finansial? Memperoleh hubungan harmonis? Hidup sehat di usia pensiun? Semua itu tentu tidak salah, dan bahkan baik. Tapi Allah memberikan kita tujuan hidup yang lebih esensial dan mulia sebagai gambar dan rupa-Nya. Seperti gambar pantulan cermin yang merefleksikan wajah kita, demikianlah kita dicipta sebagai gambar Allah untuk mencerminkan Allah sendiri. Apakah tujuan Allah itu pula yang kita kejar dalam hidup? Ataukah kita terjebak kepada pengejaran sesuatu yang lainyang berbeda dengan rancangan mengapa kita dicipta? -Dan