KETERPURUKAN, KEPUTUSASAAN ADALAH UJUNG DARI MENYERAH

Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” Keluaran 14: 9-11,

Pada waktu kuliah di SAAT, khususnya di smester ke tiga, saya mengalami keterpurukan yang cukup dalam. Karena pada waktu itu ada dua mata kuliah yang tidak saya senangi tapi mau tidak mau harus ambil karena mata kulian wajib. Mata kuliah itu adalah bahasa Yunani dan Ibrani. Celakanya, bahasa Inggeris saya sangat kurang dan ketika ditambah dengan dua mata kuliah yang cukup sulit di atas, bayangkan betapa stress pada waktu itu, lebih setelah menjalani kuliahnya. Suatu hari pernah berpikir, jangan-jangan saya salah memilih menjadi hamba Tuhan, atau sebaiknya keluar dan kuliah di jurusan lain. Anehnya, di akhir smester saya mendapat nilai A.
Bangsa Israel mengalami keterpurukan dan keputusasaan dalam menghadapi kesulitan mereka seperti yang terungkap di atas. Keterpurukan yang mereka alami begitu dalam, sampai-sampai mereka sudah lupa pada penyertaan Tuhan, waktu mereka keluar dari Mesir. Baru beberapa hari aja mereka menyaksikan tangan Tuhan yang terancung atas Mesir, bukan? Sepuluh tulah yang begitu mengerikan, sampai kepada kematian anak sulung orang Mesir termasuk anak sulung Firaun. Lupa bahwa ada Tuhan bersama mereka. Lupa bahwa Tuhan Maha Kuasa.
Manusia ketika dalam kertepurukan yang paling dalam, termasuk anak-anak Tuhan, sering melupakan pengalaman masa lalu, dimana tangan Tuhan menuntun, menolong, menghibur, menguatkan dan lain-lain. Ini sangat fatal dalam kehidupan kita. Karena ketika kita seolah lupa akan pertolongan Tuhan di masa lalu, kita bisa kehilangan pegangan hidup. Puji Tuhan, kita memiliki Allah yang tidak pernah berubah di dalam karakter dan janji-Nya. Itulah yang membuat bangsa Israel boleh melewati pergumulan mereka yang sangat menakutkan itu. Dan biarlah ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa jangan lupa perbuatan Tuhan di masa lalu. -FD