ASLI DI ANTARA PALSU: MENGENAL YANG ASLI (KEBENARAN)

Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, 1 Yohanes 4:2

Bacaan Alkitab
2 Timotius 3:1-17

Saya pernah mendengar sebuah informasi tentang bagaimana seorang bangkir dapat mengenali uang palsu dalam waktu singkat begitu mereka memegang dan melihatnya, yaitu bahwa mereka harus dilatih terus menerus untuk memegang, meraba, melihat dan memperhatikan detail dari uang yang asli. Ketika seorang bangkir sudah terbiasa mengenali uang yang asli maka akan lebih mudah baginya untuk mengenali uang yang palsu. Saya yakin hal yang sama juga berlaku di aspek-aspek hidup kita yang lain. Saat ini banyak merk-merk dagang yang berusaha membuat logo dan nama merk mereka semirip mungkin dengan logo dan nama merk dagang yang legendaris dan sudah sangat terkenal. Jika seorang pembeli tidak jeli, maka sangat mungkin untuk mereka tertipu dan membeli produk yang secara kualitas jauh di bawah ekspektasi mereka. Namun bagi mereka yang sudah sangat mengenal produk yang aslinya, maka mereka akan dapat dengan mudah mengenali produk lain sekalipun logo dan nama merk yang dibuat sangat mirip.
Jika di hari kemarin kita belajar untuk mengembangkan sikap kritis kita dalam menerima segala informasi terkait dengan iman dan kerohanian kita, lalu bagaimana caranya kita dapat mengenali mana informasi yang benar dan mana yang tidak benar? Rasul Yohanes mengatakan bahwa setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah. Dengan kata lain kita diajar untuk dapat melihat berita Injil yang asli dengan cara semakin mengenal Yesus Kristus. Kita diajar untuk semakin mengenal Pribadi-Nya, karya-Nya dan bagaimana buah dari seorang yang telah diubahkan oleh kuasa-Nya. Pertanyaan sebelum kita menilai dan mengkritik sebuah ajaran atau informasi adalah, apakah kita sudah sungguh mengenal Kristus yang benar? Apakah kita sudah sungguh belajar, membaca, merenungkan firman yang benar (Alkitab) yang ada tangan kita? Apakah kita sudah sungguh membiasakan diri untuk hidup di dalam kebenaran itu? Jika kita tidak terus menuntut diri untuk belajar mengenal dan hidup dalam kebenaran itu, saya kuatir penilaian kita akan benar dan salah juga akan bermasalah. Chris