Hari Ke-35
“SUDAH SELESAI”


Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ibrani 12:2 (TB)

Raut muka Yesus melembut, dan sudah mulai siang ketika DIA berbicara untuk terakhir kalinya. “Sudah selesai …. Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Yohanes 19:30; Lukas 23:46).

Saat Dia mengembuskan napas terakhir-Nya, bumi tiba-tiba berguncang. Sebuah batu menggelinding, dan seorang prajurit terjatuh. Kemudian, keheningan kembali setiba-tiba keheningan itu terpecah.

Dan kini, semuanya diam. Olokan berhenti. Tidak ada lagi yang bisa dioIok.

Para prajurit sibuk dengan urusan membersihkan orang-orang yang mati. Dua pria telah datang. Mereka berpakaian rapi dan bermaksud baik, tubuh Yesus diserahkan kepada mereka.

Dan, kita ditinggali cuilan kematian-Nya. Tiga paku di tempat sampah. Tiga bayangan berbentuk salib. Jalinan mahkota yang ujung-ujungnya berwarna merah darah.

Aneh, bukan? Pikiran bahwa darah ini bukanlah darah manusia, melainkan darah AIlah?

Gila, bukan? Berpikir bahwa paku-paku ini menancapkan dosadosa Anda ke salib?

Tidak masuk akal, setujukah Anda? Bahwa doa seorang penjahat dipanjatkan dan dijawab? Atau lebih tidak masuk akal bahwa ada penjahat lain yang sama sekali tidak memanjatkan doa?

Hal-hal yang tidak masuk akal dan ironis. Bukit Kalvari tidak berarti apa-apa jika masuk akal dan tidak ironis.

Kita pasti sudah mencatat peristiwa itu dengan cara yang berbeda. Tanyakan kepada kami bagaimana Allah seharusnya menebus dunia-Nya, dan kami akan menunjukkannya kepada Anda! Kuda putih. Pedang berkilat. Iblis jatuh tersungkur. Allah di takhta-Nya.

Namun, Allah di salib? Allah di kayu salib dengan bibir yang pecah, mata yang bengkak, wajah dipenuhi darah? Spons disorongkan ke wajah- Nya? Tombak ditancapkan di sisi tubuh-Nya? Undi dilempar di kaki-Nya?

Tidak, kita tidak akan menulis drama penebusan seperti ini. Lagi pula, kita tidak diminta melakukannya. Para pemain dan pendukung ini dipilih oleh Surga dan ditahbiskan Allah. Kita tidak diminta merancangkan waktunya.

Namun, kita diminta untuk menanggapinya.