Hari Ke-34
DITINGGALKAN ALLAH

—-
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Yesaya 53:4 (TB)
—-

Suara bersahut-sahutan di bukit: orang-orang Farisi mengolok, pedang berdenting, dan para pria yang sekarat mengerang. Yesus sama sekali tidak bicara. Namun ketika DIA berbicara, Dia seakan memancarkan cahaya-Nya di tengah kegelapan. DIA memberikan kasih karunia kepada para pembunuh-Nya dan seorang putra kepada ibu-Nya. DIA menjawab doa seorang pencuri dan meminta minum kepada seorang prajurit.

Kemudian, saat tengah hari, kegelapan menyelimuti seperti tirai. “Saat tengah hari seluruh negeri itu diliputi kegelapan yang berlangsung selama tiga jam” (Matius 27;45 TEV).

Ini adalah kegelapan yang adikodrati. Bukan berkumpulnya awan biasa atau gerhana matahari sesaat. Ini adalah selimut kegelapan yang meliputi selama tiga jam. Para saudagar di Yerusalem menyalakan lilin. Para prajurit menyalakan obor. Seluruh alam semesta berduka. Langit menangis.

Kristus mengangkat kepala-Nya yang berat kemudian memandang ke langit dan menghabiskan tenaga terakhirnya untuk berteriak ke arah bintang-bintang yang menunduk. “Eli, Eli, lema sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (ayat 46).

Kita pun akan melontarkan pertanyaan yang sama. Mengapa harus DIA? Mengapa melupakan Putra-Mu? Lupakan saja para pembunuh. Tinggalkan para pelaku kejahatan. Berbaliklah dari orang-orang yang sesat dan penjaja rasa sakit. Tinggalkan mereka, bukan DIA. Mengapa Engkau meninggalkan satu-satunya jiwa tak berdosa di bumi?

Apa yang dirasakan Kristus di salib? Merasa sangat jengkel terhadap AIlah yang membenci dosa. Mengapa? Karena DIA “memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib” (1 Petrus 2:24).

Dengan tangan terpaku yang terbuka, DIA mengundang Allah, “Perlakukan Aku seperti Engkau rnemperlakukan mereka!” Dan, Allah melakukannya. Dengan satu tindakan yang menghancurkan hati Bapa, namun memuliakan kekudusan Surga, penghakiman yang membersihkan dosa membasuh Sang Putra segala zaman yang tak berdosa.

Dan, surga memberikan karunia terindah bagi dunia: Domba Allah yang menanggung dosa seluruh dunia.

“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Mengapa Kristus meneriakkan kata-kata itu? Agar Anda tidak perlu meneriakkannya.