Hari Ke-27
PENGKHIANATAN
YANG LUAR BIASA


Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. (Yohanes 16:32)

Pada malam sebelum kematian-Nya, setumpuk kesengsaraan menimpa Yesus. Di antara doa Getsemani dan pencobaan berupa olokan, ada sesuatu yang menjadi adegan tergelap dalam sejarah drama manusia.

“Bersama (Yudas) serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, yang disuruh oleh imam-imam …. Lalu mereka mendekat dan memegang Yesus kemudian menangkap-Nya” (Matius 26:47,50 NCV;.

Yudas datang bersama sekumpulan orang yang marah. Yohanes bahkan menggambarkannya dengan lebih spesifik. lstilah bahasa Yunani yang digunakannya adalah speira, atau “sepasukan prajurit” (Yohanes 18:3). Minimal, speira menggambarkan pasukan yang terdiri dari dua ratus prajurit.

Tentunya dalam kelompok orang sebanyak ini ada satu orang yang akan membela Yesus. Dia datang untuk menolong begitu banyak orang. Khotbah-khotbah itu. Semua mukjizat itu. Kita menunggu seseorang yang akan berseru, “Yesus tidak bersalah!” Namun, tidak ada yang melakukannya. Orang-orang yang telah diselamatkan-Nya berbalik melawan-Nya.

Kita hampir bisa memaklumi orang banyak itu. Hubungan mereka dengan Yesus terlalu singkat, terlalu santai. Mungkin mereka tidak tahu banyak. Namun, para murid tahu. Mereka lebih tahu. Mereka lebih me- ngenal-Nya. Namun, apakah mereka membela Yesus? Sama sekali tidak. Pil paling pahit yang harus ditelan Yesus adalah pengkhianatan luar biasa yang dilakukan murid-Nya. “Semua murid Yesus meninggalkan- Nya dan melarikandiri” (Matius 26:56 NCV)

Dalam pandangan manusia, dunia Yesus hancur. Tidak ada bantuan dari orang lain, tidak ada kesetiaan dari para sahabat-Nya. Tetapi tidak demikian dalam pandangan Yesus. DIA melihat sesuatu yang sama sekali berbeda. DIA bukan mengabaikan keadaan; DIA hanya tidak dibatasi keadaan itu. DIA mampu melihat hal baik dalam keadaan yang buruk, tujuan dalam penderitaan, dan hadirat Allah dalam permasalahan.