Hari Ke-23
YESUS VS KEMATIAN
—
Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”
(Yohanes 11:40)
—
Ada dua orang dalam adegan itu: Marta dan Yesus. Perkataannya penuh keputus-asaan, “Seandainya Engkau ada di sini …” (Yohanes 11:2). la menatap wajah Sang Tuan dengan pandangan bingung. Saudara laki-lakinya, Lazarus, meninggal. Sedangkan Pribadi yang dapat membuat perbedaan itu tidak ada. Ada sesuatu tentang kematian yang membuat kita menuduh Allah berkhianat. “Kalau saja Allah ada di sini, pasti tidak akan ada kematian!” ujar kita.
Anda tahu, jika Allah adalah Allah di mana pun, pastilah DIA juga Allah di hadapan kematian. Psikologi populer dapat mengatasi depresi. Kemakmuran dapat menanggulangi kelaparan. Namun, hanya Allah yang dapat mengatasi dilema puncak kita kematian. Dan, hanya Allah yang ada dalam Alkitab-Iah yang berani berdiri di tepi jurang dan menawarkan sebuah jawaban. DIA pastilah Allah di hadapan kematian. Jika tidak, DIA bukanlah Allah di mana pun.
Mungkin kesabaran Yesus-lah yang membuat Marta mengubah nada suaranya dari frustrasi menjadi sungguh-sungguh. “Bahkan sekarang pun Allah akan memberi-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya” (ayat 22).
Yesus kemudian rnelontarkan salah satu pernyataan yang bisa menempatkan-Nya di takhta atau justru di rumah sakit jiwa: “Saudaramu akan bangkit” (ayat 23).
Perkataan Yesus menggema di dinding jurang. “Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selamalamanya” (ayat 25.26).
Ini adalah mata rantai dalam sejarah. Sambil menatap mata Marta. DIA menanyakan pertanyaan paling luar biasa dalam Kitab Suci.
“Percayakah engkau akan hal ini?” (ayat 26).
Ini dia. Pertanyaan yang menggerakkan setiap pendengar yang bertanggung jawab kepada ketaatan mutlak, atau penolakan total terhadap iman kristiani.