Hari Ke-17
BERDIRI KARENA PERKATAAN-NYA


Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.
(Yohanes 5:2-3)

Yesus bertemu seorang lumpuh di dekat sebuah kolam besar di sebelah utara Bait Allah di Yerusalem. Panjang kolam itu 109,7 meter, lebarnya 39.6 meter, dan dalamnya 22,8 meter. Kolam itu dikelilingi deretan pilar dan lima serambi beratap.

Nama kolam ini Betesda. Sumber mata air di bawahnya membuat kolam ini sesekali bergelembung-gelembung. Orangorang percaya gelembung ini diakibatkan oleh malaikat yang mencelupkan sayapnya ke kolam itu. Mereka juga percaya bahwa orang pertama yang menyentuh air setelah malaikat mencelupkan sayapnya itu akan sembuh.

Bayangkan medan pertempuran dengan orang-orang terluka yang terkapar di mana-mana, dan Anda melihat Betesda.Erangan tiada henti. Kebutuhan yang tak terlukiskan.
Kebanyakan orang melewatinya begitu saja, mengabaikan yang terluka.

Namun, tidak demikian dengan Yesus. Dia di Yerusalem untuk mengikuti suatu perayaan. Dia datang sendirian. Dia di sana bukan untuk mengajar para murid atau untuk mengumpulkan orang banyak. Orang-orang memerlukan Dia – maka Dia ada di sana.

Dapatkah Anda membayangkannya? Yesus berjalan di antara orang-orang yang menderita? Banyak orang menempuh perjalanan jauh untuk menemui Allah di Bait Allah. Tidak banyak yang tahu bahwa DIA sedang berada di antara orang-orang sakit itu. Tidak banyak yang tahu bahwa Tukang Kayu yang masih muda dan kuat, yang melihat pemandangan rasa sakit yang tak keruan ini adalah Allah.

Sebelum Yesus menyembuhkan orang lumpuh, DIA melontarkan satu pertanyaan kepadanya: “Apakah kau ingin sembuh?” “Tuan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu ketika airnya mulai terguncang” (Yohanes 5:6-7).

Apakah orang ini mengeluh? Tidak ada yang tahu. Namun.sebelum kita berpikir terlalu jauh, perhatikan yang terjadi selanjutnya.
“Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalanlah.” Pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tikarnya dan berjalan” (ayat 8, 9).

Saya berharap kita semua mau melakukan itu. Saya berharap kita semua belajar bahwa ketika Yesus mengatakan sesuatu, hal yang dikatakan-Nya terjadi. Ketika Yesus meminta kita berdiri, marilah kita berdiri.