BERSAKSI NGGAK USAH MULUK-MULUK

“Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya
terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar”.
(Kisah Para Rasul 22:15)

Bacaan Alkitab
Keluaran 29, 30

Perjalanan 100 km itu diawali dengan sebuah langkah pertama, dan langkah pertama itulah yang paling sulit untuk dilakukan. Banyak sekali pertimbangan, ada keraguan, kita mulai parno, kita mulai bertanya-tanya bagaimana jika aku ditolak, bagaimana jika aku dijauhi, dipermalukan, dimusuhi, bahkan ditindas karena bersaksi tentang Tuhan, Bagaimana, bagaimana, dan bagaimana… Dan berbagai pikiran lainnya. Semua alasan-alasan itu adalah cara kita untuk menunda bersaksi bagi Tuhan. Padahal, bersaksi tidak perlu menunggu instruksi melainkan kepekaan. Di saat ada momen yang Tuhan sediakan dan ada kegerakan, disitulah kita bercerita tentang Tuhan. Bersaksi juga tidak harus selalu dengan cara-cara yang selama ini terpikirkan yaitu menginjili orang lain sampai percaya. Atau bersaksi itu harus yang spektakuler, yang isinya harus heboh, dsbnya, padahal ngk harus seperti itu, karena bersaksi justru dimulai dari hal-hal yang sederhana. Misalnya kita mulai membiasakan ucapkan puji Tuhan dalam setiap tindakan dan keputusan kita, sekalipun nampaknya keadaan tidak memihak kita, mulailah perkatakan firman Tuhan, menghafal firman Tuhan (Kudapan Rohani), tujuannya bukan saja kita menguasai firman Tuhan tetapi kemudian kita dikuasai oleh firman. Mulailah setia berdoa sekalipun yang kita doakan justru sedang meremehkan kita. Atau bersaksi juga dapat kita lakukan dengan media sosial kita dengan membagikan renungan dari pembacaan Alkitab kita, membagikan ayat- ayat Alkitab, membagikan konten-konten rohani, atau berusaha hidup seturut Firman Tuhan. Ketika nilai-nilai hidup seperti ini kita terapkan dan biasakan dalam kehidupan kita, saya rasa ini adalah kesaksian yang indah yang memiliki magnet dan power yang luar biasa bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Ternyata sesederhana itu bersaksi.
Ada lagu yang cukup poluler yaitu “Hidup ini adalah Kesempatan” penggalan lagu ini menunjukkan bahwa hidup kita ini adalah kesaksian, jadi selama masih ada waktu, selama kita hidup, selama itu pula kita menjadi saksi Kristus. Karena itu kesaksian kita tidak untuk disetting, supaya terkesan ada rasa haru, atau spektakuler, kalau seperti ini saya pastikan kita akan capek, tetapi kesaksian kita adalah di jalani dengan natural dan apa adanya, karena kita tidak sedang acting tetapi justru kita sedang menjalani hidup yang sesungguhnya yaitu menjadi saksi Kristus. (GN)
Doa: Tuhan inilah hidupku, pakailah Tuhan untuk menjadi alat kesaksian untuk memuliakan nama-Mu, biarlah penggalan lirik lagu ini menjadi komitmen kita dalam menjalani panggilan sebagai saksi-Nya. Amin