BESAR SETIAMU TUHAN
Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: ²²Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, ²³selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! ²⁴”TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. ²⁵TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.
(Ratapan 3)
Bacaan Alkitab
Mzm 89, 96,
100-101, 105, 132
Boleh dikata ayat² di atas merupakan salah satu bagian Firman TUHAN yang banyak memberikan inspirasi untuk digubahnya puji²-an Kristen; ada yang sifatnya sebagai sebuah Deklarasi Iman & senantiasa percaya bahwa IA adalah TUHAN yang besar kasih setia-Nya, rahmat-Nya selalu ada dan baru setiap pagi/ hari. Namun di sisi lain, ayat² ini mengumandangkan sebuah pengharapan di tengah² kehancuran Yerusalem, keruntuhan kerajaan & keturunan Daud sampai pada pembuangan ke Babel. Ratapan ini juga merupakan sebuah pengakuan bahwa tragedi² di atas merupakan hukuman & murka Allah atas Yehuda yang telah memberontak kepada Allah – dimulai oleh para pemimpinnya dan diikuti oleh penduduknya. Dalam ratapan ini Yeremia sungguh mengakui bahwa Allah bukan hanya Benar & Adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga Allah yang berlimpah dengan kemurahan hati-Nya, senantiasa berbelas kasihan. Di sinilah pengharapan itu terbit. Di sisi lain lagi, ayat² ini ditempatkan sebagai Janji tatkala melihat kebaikan² TUHAN yang akan dinyatakan bila umat-Nya/mereka kembali kepada Allah, mengandalkan-
Nya. Dan kelak, Allah akan memulihkan mereka. Namun seharusnya Janji ini dipahami sebagai sebuah Covenant atau Perjanjian di mana kedua pihak harus melakukan perannya. Pemulihan akan terjadi dan Allah akan bertindak untuk memulihkan bila umat berbalik kepada-Nya, dan dengan Rahmat-Nya yang tak berkesudahan & selalu baru tiap pagi, kasih setia-Nya akan dinyatakan. Masalahnya, apapun yang menjadi respon kita terhadap Ratapan 3:22-23 – entah itu sebagai Pengharapan, Janji ataupun Deklarasi/ Pernyataan Iman – apakah itu membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan kita sebagai orang percaya, khususnya untuk menyatakan kasih Tuhan kepada orang lain? Atau hanya sebatas pengakuan iman tanpa bukti realisasinya?
DOA: Tuhan, tanpa kami sadari kami sering terjebak untuk mendiskusikan kasih & iman kami kepada-Mu, dan kami puas ketika mampu mengemasnya menjadi pernyataan² yang kami terima sebagai kebenaran. Kami lupa, kami lupa bahwa hal² tersebut harus dinyatakan, harus direalisasikan, harus dikerjakan agar menjadi berkat & kesaksian bagi orang lain, dan mereka merasakan & mengakui bahwa Engkau nyata. Amin. -JP