ANTARA PENDENGARAN DAN PERKATAAN

19Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; 20sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. (Yakobus 1:19-20)

Bacaan Alkitab
Yeremia 1-2
Amsal 24:17-20

Tuhan menciptakan indra kita berbeda satu dengan lainnya, yang menarik disini adalah antara indra untuk mendengar dan indra untuk berbicara berbeda jumlahnya, telinga kita ada dua sedangkan mulut hanya satu. Hal ini menjukkan bahwa tingkat kecepatan dalam menjalankan fungsinya tentu berbeda, kecepatan dua alat pasti lebih cepat dibandingkan dengan satu alat. Tuhan memberikan kepada kita dua telinga supaya kita lebih banyak mendengar, begitu juga Tuhan memberikan kita satu mulut, supaya bicara kita lebih sedikit dibandingkan dengan untuk mendengar. Yakobus memberikan nasehat kepada orang Yahudi yang ada diperantauan pada saat itu, juga kepada kita saat ini supaya kita cepat mendengar dan lambat untuk berkata-kata. Maksud Yakobus adalah supaya kita sebelum banyak bicara harus terlebih dahulu banyak mendengar tentang Firman Tuhan, sehingga apa yang kita ucapkan adalah hati dan pikiran kita yang sudah dibaharui oleh kebenaran Firman Tuhan. Jika pendengaran kita terhadap Firman Tuhan hanya sedikit saja, sedangkan bicaranya lebih banyak, maka ucapan yang kita katakan banyak kata-kata yang sia-sia dan tidak menjadi berkat bagi lawan bicara kita. Salah satunya adalah marah. Mungkin timbul pertanyaan di antara kita, apakah kita tidak boleh marah? Sedangkan Tuhan Yesus pernah marah pada saat para pedagang berjualan di Bait Suci. Marah tidak dilarang, tetapi menempatkan marah itu pada koridor yang benar dihadapan Allah. Marah yang didasari oleh hati yang sudah dibaharui oleh Firman Tuhan melalui pendengaran, pasti marah itu didasari oleh karena kasih. Tetapi kemarahan yang diucapkan dari hati yang belum dibaharui Firman Tuhan, akibat hanya sedikit mendengarkan Firman Tuhan, maka kata yang diucapkan hanya menghakimi orang lain. Tuhan Yesus pada waktu diperhadapkan kepada seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah yang dibawa oleh orang-orang ahli Taurat dan oran-orang Farisi, meskipun Tuhan Yesus terhadap perbuatan dosa, tetapi mengasihi perempuan itu, sehingga Tuhan hanya berkata “pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 7:1-11). -AS