TEOLOGI DAN PERKEMBANGAN PERADABAN MANUSIA
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Roma 12:1-2
Pandemi covid-19 telah banyak mengubahkan kehidupan manusia, salah satunya adalah bagaimana manusia hidup berdampingan dengan teknologi virtual. Kehidupan virtual bukan lagi kehidupan yang terpisah dari keseharian manusia, termasuk gereja (orang-orang percaya). Samuel Sugiarto dalam artikelnya tentang Penginjilan yang Berpusat Injil di Era Digital menyebutkan setidaknya ada tiga semangat yang ada di balik makin digandrunginya kehidupan di dunia virtual ini, antarta lain kerinduan manusia akan kesempurnaan (dunia virtual menawarkan kesempurnaan yang berlawanan dengan dunia fisik yang penuh ketidaksempurnaan), kemudahan dan kebahagiaan. Semangat dan kerinduan ini pula yang mempengaruhi ekspektasi manusiadisadari atau tidakketika berhadapan dengan hal-hal rohani. Apakah ini memberikan kemudahan? Apakah ini memenuhi pencarian akan kebahagiaan? Apakah ini menawarkan kesempurnaan (atau setidaknya meminimalisir kemungkinan adanya gesekan dan masalah)? Teologi yang membumi tentu tidak dapat memungkiri perkembangan peradaban seperti dunia virtual saat ini. Sebagai orang-orang percaya kita perlu untuk melibatkaan diri di dalamnya karena beberapa peluang yang dihadirkan, seperti makin luasnya daya jangkau pemberitaan Injil yang tidak terbatas pada jangkauan geografis tertentu. Namun di sisi lain, kita juga perlu untuk terus berhati-hati dan meminta hikmat Allah agar tidak terjebak pada sekadar memenuhi keinginan manusia secara permukaan yang kemudian justru membawa mereka pada sebuah utopia yang tidak sehat dalam dunia virtual. Kemasan yang baik harus diimbangi dengan isi pesan yang benar dan esensial. Bukankah sebenarnya pesan Injil sendiri menjawab kerinduan terbesar tentang kesempurnaaan dan kebahagiaan tadi? Di dalam Kristus kita ditebus dan dikuduskan dalam proses untuk serupa seperti Kristus (Rm 8:28-30), hingga pada akhirnya menikmati kebahagiaaan sempurna dalam persekutuan dengan Allah. Esensi itulah yang penting untuk diwartakan terus dan terus, termasuk melalui jembatan dunia virtual, dan di-follow up melalui pendekatan personal dalam komunitas fisik yang menumbuhkan. -Dan