TEOLOGI DAN HIKMAT MANUSIA (1
Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. 1Kor 2:4-5
Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan. Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya. Ams 8:10-11
Dalam bukunya, Generous Justice, Timothy Keller mengakui bahwa berbuat keadilan telah banyak dipandang dengan penuh rasa curiga karena sering diidentikkan dengan gerakan liberal. Hal ini tidak lepas dari beberapa pemikir Kristen liberal yang ketika berhadapan dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang ada, berusaha melayani jiwa dan tubuh namun akhirnya mengalami pergeseran-pergeseran terhadap pengajaran tradisional Kitab Sudi dan penebusan. Beberapa menyebut konsep penebusan Yesus terlalu individualistis, sedangkan untuk menyentuh hidup banyak orang kita memerlukan suatu hal yang lebih universal sebagai landasan. Beberapa lainnya beranggapan bahwa Yesus tidak perlu memuaskan keadilan Allah. Yang Yesus perlu (dan memang) lakukan adalah memberi teladan ketidakegoisan. Saya yakin orang-orang ini adalah orang-orang yang memiliki hati yang tulus dalam melayani masyarakat dan berusaha berbuat sesuatu untuk mengubah kehidupan banyak orang, namun dalam perjalanannya terjebak dalam suatu konsep pemikiran yang salah dan tidak perlu.
Melihat sejarah perjalanan kekristenan yang seperti ini, harusnya membuat kita semakin berhati-hati dalam melangkah dan senantiasa mencari serta bersandar pada hikmat Allahdan bukan sekadar hikmat dari seorang manusia terbatas. Dalam upaya untuk membumi-kan teologi dan melayani kaum membutuhkan, kita perlu untuk terus memohon hikmat Allah agar apa yang benar secara moral juga senantiasa benar dari sudut pandang firman Tuhan. Sebagaimana yang Keller tuliskan, saya juga meyakini bahwa rumusan paling tradisional dari pengajaran kaum Injili, jika dipahami dengan benar, harusnya membawa kita untuk menjalani hidup yang memperjuangkan keadilan dalam dunia ini. Tanpa perlu direvisi. Tanpa perlu direduksi. -Dan