PROSES BERTEOLOGI: MENYELIDIKI KITAB SUCI

10 Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. 11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. 12 Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani. Kis 17:10-12

Kita semua adalah teolog, yang dalam satu atau banyak kesempatan, kita mengenal, memikirkan dan menyatakan Allah dalam kehidupan kita. Sumber utama yang Tuhan pakai untuk membentuk teologi kita adalah Alkitab. Setiap kita adalah penafsir Alkitab yang selalu membaca dan mengartikannya menurut konteks kita masing-masing. Namun, bukan berarti kita bebas mengartikan ayat-ayat tersebut sesuka hati kita. Ada metode dan cara yang penting untuk kita pahami, sehingga tidak menghasilkan pemahaman yang keliru. Misalkan, kita memahami konteks budaya pada masa itu, memahami satu topik dari keseluruhan pengajaran Alkitab, atau memahami ayat yang kurang jelas dari sudut pandang ayat yang lebih jelas, dll. Dengan membiasakan diri membaca Alkitab dalam metode seperti ini, maka kita akan menghasilkan teologi yang sehat.
Namun demikian, memahami metode tidaklah cukup. Dari jemaat Berea kita menyadari adanya teladan lain, yaitu kehausan akan kebenaran Tuhan. Sikap hati seperti inilah yang menjadikan semua metode penggalian Alkitab menjadi bermakna. Karena, pada akhirnya metode tersebut dipakai untuk menolong kita mengerti kebenaran Allah. Karena itu, mari kita bertumbuh dalam memahami Alkitab, dengan sikap hati yang haus akan kebenaran Allah. Sehingga, setiap kali kita membaca Alkitab, hati kita mendapatkan kesegaran dan pengenalan yang membangun kehidupan kita. -WS