PROSES BERTEOLOGI: EVALUASI

11 Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang- terang menentangnya, sebab ia salah. 12 Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. 13 Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. 14 Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?” Gal 2:11-14

Kita semua adalah teolog, yang dalam satu atau banyak kesempatan, kita mengenal, memikirkan dan menyatakan Allah dalam kehidupan kita. Sebagai seorang teolog, kita mengalami evaluasi dalam menjalani proses berteologi. Di dalam kisah Ayub, evaluasi datang dari Allah sendiri kepada Ayub. Namun, sewaktu Gereja sedang mulai terbentuk, Allah mempercayakan para rasul untuk menggembalakan kawanan domba kepunyaan Allah. Para rasul tersebut bukanlah manusia yang sempurna, sehingga sangat butuh evaluasi dari sesama pelayan Tuhan. Kisah di atas menceritakan tentang proses evaluasi dalam berteologi yang terjadi di antara rasul Paulus dan rasul Petrus. Ini bukan soal etika semata-mata, tetapi tentang teologi yang benar dan membumi mengenai sunat. Di tengah perbedaan anggota tubuh Kristus, Paulus menganggap penting untuk mengingatkan Petrus, karena sikapnya berkaitan erat dengan konsep keselamatan yang tidak membutuhkan sunat sebagai ritual tambahan.
Evaluasi dari sesama teolog (semua orang Kristen) akan menolong kita untuk menata pemikiran kita bahkan menyatakan relevansinya dengan kehidupan praktis kita. Tidak semua evaluasi akan mengubah teologi kita. Ada evaluasi yang justru memperkokoh pemahaman kita tentang Allah dan kehidupan praktis sebagai orang Kristen. Karena itu, mari responi setiap evaluasi dengan bijak. Adakah yang perlu diubah? Atau adakah yang perlu kita pertahankan? Tuhan menolong kita di dalam hikmatNya dalam mengevaluasi dan menghasilkan teologi yang membumi. -WS