FROM GIVE UP TO GIVE THANK
Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi TUHAN yang berbunyi: “Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut. TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya. Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau. Samudera raya menutupi mereka; ke air yang dalam mereka tenggelam seperti batu. Keluaran 15: 1-5
Saya rasa pernah kita mengalami bahwa setelah pergumulan hebat dan kita melihat tangan Tuhan yang menuntun disana, hati kita penuh dengan ucapan syukur. Ada orang yang mencucurkan air mata karena ucapan syukur yang begitu meluap, mungkin juga karena kita merasa bahwa kita tidak layak menerima kasih yang luar biasa itu. Itu pengalaman yang mungkin tidak terlupakan selama hayat kita, bukan?
Itulah yang dialami bangsa Israel dari kutipan di atas. Mereka menyatakan ucapan syukur mereka melalui nyanyian untuk memuliakan Tuhan. Walaupun barusan mereka mengalami keterpurukan yang begitu dalam, tapi ucapan syukur atau give thank itu tidak bisa ditahan, pasti keluar dari mulut anak Tuhan. Mereka menyatakan sekaligus berkomitmen bahwa Tuhanlah Allah mereka, keselamatan dan kekuatan dalam peperangan.
Seorang anak Tuhan juga pernah menyaksikan pengalamannya. Pengalaman yang begitu pahit dan hampir saja ia tergelincir. Perusahaan yang mereka sedang kelola memiliki utang akibat ulah seseorang. Akibat dari utang itu, perusahaan akan bangkrut dengan utang yang cukup besar. Di tengah situasi yang sangat sulit itu, mereka tetap bertahan dan melakukan hal yang terbaik dan benar. Tentu memohon terus pertolongan Tuhan. Perjalanan selama bertahun-tahu dilalui dengan cucuran air mata, secara khusus waktu berdoa. Akhirnya, pelan-pelan secercah cahaya jalan keluar mulai kelihatan, sampai sukses seperti sekarang ini. Hingga dia mengambil kesimpulan sekaligus komitmen, pokoknya jangan tinggalkan Tuhan. Walau Tuhan seperti diam, terus berdoa, tidak pernah sia-sia. Lalu saya sahuti, Amin, amin!
Pengalaman bangsa Israel dan kesaksian anak Tuhan di atas mendorong kita bahwa marilah bertahan di tengah keterpurukan yang kita alami dan terus bergantung kepada-Nya melalui doa. Tidak sia- sia orang yang menaruh harap kepada Tuhan, itu kata firman. -FD