KETAATAN: KUNCI EMAS MEMASUKI FINISHING WELL (4)
Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. MATIUS 25:19-23
Ada dua kata yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang percaya dalam mengikut Kristus, yaitu taat dan hamba. Hidup kita akan dikenan Tuhan bila kita taat melakukan kehendak-Nya dan berhati hamba. Hati hamba adalah hati yang rela melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan, sebab kata ‘hamba’ dalam bahasa Yunani doulos, artinya hamba, pelayan atau budak yang terikat pada tuannya. Demikian juga dengan kehidupan kita sebagai orang percaya, yang adalah hamba-hamba Tuhan, kita seharusnya memiliki hati hamba yang mau taat sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Karena status kita adalah hamba, kita tak punya hak apa-apa atas diri kita sendiri. Kita harus belajar untuk menyerahkan kehendak kita kepada Tuhan sebagaimana yang Kristus teladankan (Matius 26:39). Sebagai manusia kita pasti memiliki harapan, cita-cita, keinginan, agenda hidup pribadi, tapi tidak semua kehendak kita sejalan dengan kehendak Tuhan. Karena itu jangan pernah memaksakan kehendak sendiri kepada Tuhan! Serahkan dan selaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Percayalah bahwa kehendak Tuhan atas hidup kita pastilah yang terbaik. ‘Hamba’ harus tunduk kepada otoritas di atasnya! Selain kita harus tunduk sepenuhnya kepada Tuhan, kita juga harus belajar untuk memiliki penundukan diri kepada orang lain yang Tuhan percayakan untuk menjadi pemimpin atau atasan kita. Hamba yang mendapatkan lima dan dua talenta adalah hamba yang tunduk kepada tuannya. Ketika komitmen karya telah disepakati dengan tuannya, maka tuannya juga telah mengungkapkan bahwa dalam sejangka waktu dia tidak akan hadir dan berada di tengah-tengah pekerja dan hamba-Nya. Artinya mereka tidak akan mendapatkan pengawasan yang ketat dari tuannya. Kondisi ini tentunya lebih memudahkan bagi seorang hamba tidak lagi bekerja dengan baik alias tidak taat. Dan bahkan mulai melupakan komitmen awal untuk sanggup bekerja berganti dengan aktifitas menikmati hidup. Dan sikap ini justru tidak dikehendaki oleh Tuhan. Hamba yang sudah taat untuk tetap bekerja keras meski tidak diawasi tuannya, akhirnya mendapatkan upah dan bahkan mendapatkan limpahan talenta dari yang lainnya. Jika kita benar-benar taat, maka kita memiliki penundukan diri kepada Tuhan. Dan salah satu perwujudan nyatanya adalah kita juga tunduk kepada mereka yang memegang otoritas di atas kita, pemimpin yang Tuhan telah tetapkan: apakah itu pemimpin negara, pemimpin di keorganisasian gereja, pemimpin di kantor atau perusahaan, pemimpin di sekolah, pemimpin di keluarga kita masing-masing dan sebagainya. Sungguh benar nasihat Petrus. “Hai kamu, hamba- hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.” (1 Ptr. 2:18).
-ANT