UKURAN IMAN

1Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 2Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. 3Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. Roma 12

Beberapa waktu lalu saya berada di sebuah bengkel tambal ban tentu untuk menambal ban yang bocor karena sebuah paku yang menancap di ban mobil sebelah kiri belakang. Ada 2 (dua) orang muda yang bekerja memroses penambalan tersebut dengan sangat terampil dan sigap. Masing-masing melakukan tugas yang nampaknya telah dibagi dan diatur sedemikian rupa sehingga semua nampak berjalan dengan cepat. Ada yang mendongkrak mobil, melepaskan ban, lalu memasangkan kembali ban cadangan tersebut; sementara rekannya mengambil ban bocor di bagasi mobil, memeriksa kebocoran, kemudian menambal dan akhirnya memasang ban tersebut di bagian kiri belakang mobil. Ukuran iman yang dicatat dalam ayat 3 terkait erat dengan pemberian (karunia) Allah yang diberikan kepada kita masing-masing. Hal ini tidak merujuk pada level iman atau tingkatan iman ada yang kuat iman, lemah iman atau berada di tengah-tengah, beriman sedang. Ukuran iman yang dimaksud adalah bagaimana setiap orang percaya menggunakan karunia Allah yang diberikan kepadanya dalam rangka membangun tubuh Kristus hal ini nampak jelas bila kita memperhatikan catatan (ayat) berikutnya. Sehingga seorang komentator menyebut ayat 3 sebagai transisi sekaligus pengantar memasuki ayat 4-8 yang membicarakan tentang karunia-karunia yang berbeda, yang masing-masing orang percaya menggunakannya untuk tujuan yang sama, yakni untuk membangun tubuh Kristus. Dan yang menjadi lebih menarik, saya melihatnya sebagai salah satu ekspresi persembahan yang hidup (ayat 1). JP