Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya:”Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Markus 2: 5-7

Bacaan Alkitab
1 Petrus 1:1-25

Iman yang semu adalah iman yang tercipta semata-mata dari naluri beragama dan keinginan untuk menjadi manusia yang lebih baik. Setiap manusia secara antologis adalah manusia beragama yang menyadari kebutuhannya akan Allah. Setiap manusia sadar, atau tidak sadar, selalu membutuhkan dan mencari Allah. Namun, hal yang baik ini tidak akan menghasilkan perjumpaan dengan Allah. Allkitab menyatakan dengan jelas bahwa manusia telah berdosa dan hakikatnya terasing dari Allah (Maz.53: 3-4, Rom.3: 1-13). Jadi, walaupun manusia merasa menemukan Allah, sebenarnya yang ditemukannya hanyalah dirinya sendiri. Kebaikan dan kelebihan yang diakuinya sebagi buah dari imannya kepada Allah tidak lain dari pada anugerah umum (common grace) yang Allah sediakan bagi setiap orang. Ini sama sekali tidak mempunyai nilai kekekalan dari iman yang sejati (Yes.64: 6, Rom 3: 12-22, Mat.7: 21-23). Mereka yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang baik mewarisi dan mengembangkan kepribadian yang baik. Dengan sendirinya, ia akan melesat cepat dalam kemajuan pembuktian iman tersebut. Padahal baginya, Allah hanyalah symbol. Semua kebaikan yang dicapainya tidak lain dari hasil upayanya sesuai dengan bakat-bakat alami yang memang sudah ada dalam dirinya. Itulah pengenalan manusia akan Allah dalam iman yang semu, yang bisa menghasilkan hal-hal negatif: Si aku menjadi makin penting. Diri mereka yang menentukan yang benar dan salah. Ada arogansi, egosentrisme. Proses hidupnya diarahkan oleh kekuatan gerak sentripental. Seluruh hidupnya terosebsi untuk kepentingannya sendiri, meski dari mulutnya keluar penyangkalan dan sikap hidupnya seolah-olah nampak penolakan. Si aku menjadi sakti seolah-olah memegang dispensasi masuk sorga. Bagiaman dengan kita? Ada ciri ciri seperti ini? Masih dalam proses pertumbuhan pak. Amin! Mari jujur terus mengoreksi diri kita, sehingga kita bisa berubah. -FD