PENGENALAN DAN IMAN YANG SEJATI

Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya:”Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? Markus 2: 5-7

Bacaan Alkitab
1 Petrus 2:1-25

Dalam iman yang semu, seseorang merasa dapat mencari dan menemukan Allah. Namun, dalam iman yang sejati pengenalan dan pergaulannya dengan Allah terjadi karena Allah berinisiatif dan mencari manusia (Yoh.15: 16; Ef.2: 8; Fil.2: 13). Kemudian manusia yang sudah dilahirbarukan ini masuk dalam proses penyucian atau pengudusan (sanctification) dimana keputusannya untuk berjalan dalam pimpinan Roh Kudus (Gal.2: 16) akan mengubah hidupnya menjadi semakin serupa dengan Kristus (Rom.8: 29). Si aku makin lama makin mati dan kehadiran Kristus makin nyata karena Kristus makin ditinggikan (Yo.3: 30). Cita-cita dan keinginan pribadipun makin lama makin mati karena Kristus lebih dari segala-galanya (2 Kor 12: 9-10, 30). Proses hidupnya diarahkan oleh kekuatan gerak sentrifugal. Ia seperti mata air yang keberadaannya untuk memberi dan melimpah keluar menjadi berkat bagi orang banyak (Yoh.4: 14) Jadi, tanda dari pengenalan dan pergaulan dengan Allah yang sejati adalah proses kematian si aku (dimana Kristus dan hanya Kristus saja yang makin ditinggikan) sehingga kebutuhan dan keinginan pribadi makin lama makin hilang. Orang percaya tidak lagi mengisi doanya dengan meminta-mita kepada Allah. Ia jauh dari keinginan memperkaya diri dengan kebendaan dan keinginan dunia. Seluruh hidupnya diarahkan kekuatan gerak sentrifugal, keluar, memberi, melayani dan menjadi berkat. Bagiamana dengan kita, orang-orang Kristen jaman now? Apakah kira merasa bahwa saya sudah menjadi orang Kristen yang memiliki pengenalan yang benar dan bergaul dekat dengan Allah? Kita sudah memberi, menolong orang-orang yang membutuhkan. Kata Paulus di dalam surat kepada jemaat,Sekalipu aku memberi diriku dibakar, namun itu tidak ada faedahnya bagiku, jika aku tidak memiliki kasih? Apa itu? Kasih Agape, kasih dari Allah, bukan dari diri kita. Bisa saja kita mengasihi demi untuk diri kita. Sia-sia dong. -FD