KARENA TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu :”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.” Markus 2: 5-12

Bacaan Alkitab
Yakubus 2:1-26

Judul tulisan ini merupakan peribahasa atau kata-kata mutiara. Juga biasanya dipakai orang ketika memperkenalkan diri ketika baru pertama kali berada di tempat itu dalam acara-acara tertentu atau seramah atau yang lainnya. Paling tidak tujuannya adalah supaya ada penerimaan atau lebih familiar dengan orang yang sedang mendengar.
Betapa krusialnya pengenalan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika kita tidak mengenal seseorang, tentu kita merasa asing dan tidak dekat dengan dia. Tentu hal ini berefek kepada penerimaan kita akan dia dan apa saja yang dia sampaikan, inginkan sangat mungkin kita tidak beduli bahkan menolaknya.
Itulah yang terjadi kepada para ahli taurat ketika Tuhan Yesus memberi pengampunan kepada orang lumpuh dalam nats di atas. Bukannya mereka menerima Yesus dan pengampunan yang Yesus berikan sebagai Allah yang berkuasa dan berhak memberi pengampunan. Justru mereka bersikap konfrontif. Apakah mereka disembuhkan secara rohani atau diampuni? Bagaimana kedaulatan Allah yang absolut dalam mengampuni manusia?
-FD