DIBUTUHKAN STRATEGI YANG PENUH HIKMAT KETIKA BERSAKSI
12. Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” 13. Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. 14. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” 15. Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. 16. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
LUKAS 5:`12-16
Bacaan Alkitab
2 Korintus 6:1-18
Memikirkan strategi dalam memberitakan Injil, pastinya setiap pemimpin gereja dan para hamba Tuhan sudah dan terus memikirkannya. Ada banyak hamba-hamba Tuhan dan pendeta-pendeta besar dari banyak denominasi telah merumuskan dan membagikannya bagi yang lain. Dengan harapan bahwa apa yang mereka alami juga akan dialami oleh gereja lain. Tetapi benarkah sejatinya demikian. Jikalau kita belajar dari pertumbuhan gereja mula-mula, maka faktor terbesar dari keberhasilan pemberitaan itu adalah adanya pimpinan dan penyertaan Tuhan. Paulus menjadi berkat bagi banyak orang di Asia kecil dan Eropa karena Tuhan memang menghendaki supaya ia memberitakan Injil disana. Bahkan kalau diselidiki dengan baik, maka ada banyak strategi yang dilakukan oleh Paulus dalam memberitakan Injil. Dan bahkan Paulus mengerjakan strategi satu kota atau daerah tertentu juga berbeda dengan lainnya. Mengapa demikian? Karena Allah memakai Paulus sebagai instrument yang hidup dan bukan statis. Paulus dikaruniai dengan hikmat untuk membaca zaman dan latar belakang budaya daerah tertentu dengan pimpinan Tuhan, pastinya. Beberapa kali Tuhan katakan bahwa atas pimpinan Roh Kudus maka Paulus bergerak dari satu daerah ke daerah yang lain. Bahkan jika pun akhirnya Paulus kembali ke daerah yang sama pun itu juga atas pimpinan Roh (Kis. 18:21). Yesus pun dalam mengerjakan karya-Nya juga atas pimpinan Roh dan Kehendak dari Bapa-Nya (Mat. 26:42). Artinya jelas semua terjadi demikian teratur seturut dengan kehendak Tuhan. Nah apa yang dilakukan oleh penderita kusta yang telah pulih justru tidak seturut dengan kehendak-Nya. Mengapa seakan larangan Yesus kontra produktif dengan amanat agung? Sesungguhnya Yesus melarangnya dikarenakan: pertama, supaya pekerjaan Allah melalui Kristus tidak kemudian disalah mengerti. Yesus datang kedunia bukan hanya untuk menyelamatkan dengan memulihkan jasmani saja, tetapi sesungguhnya kedatangan-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya yang berdosa. Kedua, Yesus menginginkan pemberitaan Injil dengan mengajar dari satu daerah ke daerah yang lain, sehingga pengenalan dan pengalaman mereka akan Allah yang hidup semakin nyata dengan harapan iman itu semakin bertumbuh dan berakar kuat. Dengan demikian perihal pemberitaan Injil Kerajaan Allah dapat dipahami dan dialami seturut yang dikehendaki oleh Allah. Yesus dalam banyak hal sangat memaklumi apa yang dilakukan oleh orang yang telah pulih dari kusta. Karena kasih-Nya maka Dia tetap fokus mengerjakan jalan salib hingga pungkasan. Yesus tetap fokus hingga Dia berkata sudah selesai. Dan Dia telah naik ke surga tanpa kemudian meninggalkan murid-muridnya sebagai piatu. Roh Kudus turun untuk tetap memimpin, menyertai, mendidik dan memberi kekuatan bagi para saksi-Nya yakni kita semua. -Ant