DIBUTUHKAN KEHIDUPAN YANG PENUH UCAPAN SYUKUR UNTUK DAPAT MENJADI BUKTI DARI APA YANG DISAKSIKAN

12. Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” 13. Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. 14. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” 15. Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. 16. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. LUKAS 5:`12-16

Bacaan Alkitab
2 Korintus 5:1-21

Sebagian orang ketika diberikan waktu dan kesempatan dalam suatu pertemuan, apakah itu bersifat persekutuan atau pun komsel, sering mengalami keterkejutan. Ada yang terdiam, menunduk dan tidak mengatakan apa-apa. Sehingga ketika dipertanyakan Kembali, akhirnya akan berkata skip dulu ya. Belum siap bersaksi. Tetapi ada juga orang yang tanpa diminta untuk bersaksi dan memberikan kesaksian tentang pekerjaan dan karya Tuhan pun, mereka bersaksi dengan tulus. Namun akhir-akhirn ini pula ada pemikiran yang sedikit berbeda dari dua hal ini perihal bersaksi. Karena ada Sebagian orang lainnya juga enggan bersaksi dengan alasan sederhana, acapkali kesaksian mereka dianggap salah satu bentuk kesombongan rohani. Memang kalua kita menyelidiki hati kita masing-masing dan jujur dihadapan-Nya, maka memang ada orang-orang yang menggunakan ruang kesaksian untuk menyombongkan diri. Dan itu memang tidak dapat disangkal. Tetapi janganlah segala sesuatu dipandang demikian dengan preasumsi negative tersebut dapat menghalangi kita untuk bersaksi. Sebab bagaimana pun juga kita harus terus bersaksi tentang kemurahan Tuhan yang berlaku atas kita sebagai bentuk ucapan syukur kita. Sesungguhnya ketika kita menceritakan bahwa Allah telah menolong, memulihkan, melepaskan atau menyembuhkan kita, maka itu dilakukan juga dengan motif menolong orang lain bertumbuh untuk semakin mempercayai Tuhan dan mengucap syukur atas apapun yang terjadi. Alkitab mencatat dalam Kisah pasal 3, akibat dari mujizat si lumpuh berjalan dan melompat-lompat, seluruh rakyat Yerusalem yang menyaksikan mujizat tersebut memuji Allah. Allah ingin kesaksian kita juga menggugah orang untuk bertobat dan hidup dalam takut akan Allah. Karena itu kesaksian secara alamiah memberikan semacam asupan rohani yang baik ketika kita mulai mengalami kekeringan rohani disaat pergumulan yang kita alami belum selesai. Jadi bersaksi itu penting untuk kita lakukan. Penderita kusta bersaksi pertama kali dihadapan para imam yang memverifikasi kesembuhan yang dialaminya. Tetapi selanjutnya dia bukan hanya bercerita tetapi mengambil langkah iman selanjutnya yakni memberikan persembahan sebagai bentuk ucapan syukur atas pertolongan Tuhan kepadanya. Dengan ucapan syukur itu juga salah satu bentuk kesaksian kita bahwa Allah selalu peduli dan menolong. Ucap syukur adalah salah satu alat Allah untuk menjamah hati jemaat agar mereka senantiasa hidup dalam takut akan Allah. Majulah dengan berani dalam memberi bagi Tuhan. Jangan terlalu banyak pertimbangan dan kekhawatiran. Ucapan syukur yang keluar dari hati kepada Allah apa adanya, itulah yang akan jadi alat efektif Allah melawat umatNya. Itulah ucapan syukur yang berkenan kepada Allah. -Ant