DIBUTUHKAN HATI YANG MAU MENDENGAR PERINTAH UNTUK

12. Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” 13. Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. 14. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” 15. Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. 16. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. LUKAS 5:`12-16

Bacaan Alkitab
2 Korintus 4:1-18

Belajar mendengar suara Tuhan itu terlihat jelas dari perjalanan hidup Samuel. Untuk belajar suara Tuhan, dia memulainya dengan belajar untuk melangkah melalui Langkah-langkah kecil. Jikalau kita setia dalam perkara yang kecil Tuhan akan mempercayakan kepada kita hal-hal yang jauh lebih besar, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10). Pertumbuhan rohani Samuel ini akhirnya menjadi suatu kesaksian yang baik bagi seluruh umat Israel, “Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN.” (1 Samuel 3:20). Samuel pun dipercaya Tuhan untuk melakukan berbagai tugas pelayanan: hakim, nabi, penasihat dan orang yang mempersiapkan raja untuk Israel. Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin rohani menggantikan imam Eli dengan otoritas dari Tuhan, Samuel berhasil mempersatukan bangsa Israel yang tercerai-berai karena terpukul oleh bangsa Filistin (1 Samuel 7:3). Keberhasilan pelayanan Samuel adalah dampak dari kepekaannya dalam mendengar suara Tuhan. Demikian juga penderita kusta ini, setelah mengalami anugerah pemulihan dari Tuhan, dia terus mencondongkan hatinya untuk terus mendengar suara Tuhan. Ini terlihat bagaimana dia mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Dengan tingkat kesembuhan secara medis mendekati zero alias tidak akan pulih dan sembuh. Lalu kemudian ada campur tangan ilahi melalui Kristus, maka verifikasi dibutuhkan. Orang yang memiliki hak untuk memverifikasi itu adalah sosok imam sesuai dengan apa yang sudah di atur dalam hukum Taurat dalam kitab Imamat. Apabila sudah mendapatkan verifikasi maka itu akan mengembalikan dan memulihkan posisinya dalam strata sosial masyarakat. Mereka yang sudah dinyatakan pulih oleh para imam akan dapat kembali hidup bersama dengan keluarganya dan tinggal kembali di rumahnya. Tetapi perjalanan untuk mendapatkan verifikasi tidak mudah. Karena semua orang tahu bahwa dia adalah penderita kusta. Butuh ketaatan untuk berani melangkah ke tempat para imam berada dengan statusnya yang masih belum jelas, apakah dia benar pulih atau belum. Tetapi itu semua terpatahkan karena memang hatinya yang sudah dicondongkan pada Kristus. Bisa saja dia menunda untuk langsung pergi ke para imam dengan pemikiran dia akan pergi ke beberapa orang yang tahu dengan pasti seluk beluk sakit ini, untuk memastikan dirinya memang benar-benar pulih. Tapi itu tidak dilakukan. Dia berani bersaksi dihadapan para imam tentang pekerjaan Yesus karena hatinya taat dan mau mendengar perintah-Nya. Mulailah dekat Dia, belajarlah melangkah untuk mendengar. -Ant