SEMAU GUE
25 Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
Hakim-hakim 21
Bacaan Alkitab
1 Korintus 1:1-31
Kisah kemerosotan moral di ps. 19 berkembang menjadi kekacauan politik di ps. 20, dan berakhir pada disintegrasi sosial di ps. 21. Perpecahan yang telah terjadi membuat Israel memperlakukan suku Benyamin sama seperti mereka memperlakukan bangsa Kanaan (band. Im. 7:1-3). Ketika di Betel, mereka baru menyadari dampak tindakan mereka terhadap suku Benyamin (ayat 2). Perang saudara hanya menyisakan 600
laki-laki Benyamin. Jumlah yang sangat kecil. Ditambah lagi ikrar mereka untuk tidak memberikan anak gadis mereka menjadi istri suku Benyamin (ayat 1). Padahal 600 laki-laki yang tersisa dari suku Benyamin, membutuhkan istri untuk menjaga kelangsungan suku mereka. Mereka baru sadar kalau mereka terlalu gegabah bersumpah, dan membuat suku Benyamin terancam punah.
Reaksi pertama kali adalah menyalahkan Allah atas situasi yang terjadi (ayat 3). Padahal alasan sebenarnya adalah karena mereka tidak
mencari petunjuk Allah terlebih dahulu sebelum bertindak (lih. Hak. 20:8-11). Baru kemudian saja mereka mencari kehendak Allah lebih serius (ayat 4). Namun apa yang terjadi kemudian tidak membuktikan pertobatan mereka. Bukan mengakui dosa karena berlaku bodoh dalam membuat sumpah, Israel malah melakukan dua perbuatan salah. Mereka mengambil gadis-gadis Yabesh-Gilead dengan menumpas yang lain (ayat 10-14). Karena tindakan ini masih belum menyelesaikan masalah, mereka menyuruh orang Benyamin mengambil gadis-gadis Silo untuk dijadikan istri (ayat 19-23).
Bagai anak ayam kehilangan induk, demikianlah Israel dalam menghadapi masalah. Ini terjadi karena mereka melakukan apa yang benar
menurut pandangan mereka sendiri. Kekacauan moral, politik, sosial, dan kerohanian di Israel hanya dapat diselesaikan bila mereka memahami bahwa mereka telah melupakan Allah sebagai Raja mereka. Kiranya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jangan bertindak hanya menurut apa yang kita anggap benar. Pertanyakan juga, apakah itu sudah benar menurut pandangan Allah. -JP