Gembala dan Domba

11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya… 14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku… (Joh 10:11, 14)

Bacaan Alkitab

Bil 21-22

Setiap kita yang memiliki hewan peliharaan di rumah bisa memahami kebergantungan hewan peliharaan tersebut kepada kita. Hewan peliharaan tersebut membutuhkan kita dalam hal makanan, kebersihan, bahkan kasih sayang. Dari relasi kita dengan hewan peliharaan kita, sebenarnya kita bisa belajar tentang peran Tuhan Yesus sebagai Gembala yang baik atas hidup kita yang berdosa ini. Sewaktu kita mengurus hewan peliharaan, kita pasti “mengorbankan” sesuatu, seperti mengeluarkan uang untuk membeli makanan, kandang, aksesoris, membawa ke dokter hewan, bahkan mungkin sering meluangkan waktu dan tenaga untuk mengurus hewan agar tetap bersih, tidak bau, dan tidak stress. Sadarkah kita, bahwa Tuhan Yesus sebagai Gembala yang baik melakukan lebih dari yang kita lakukan kepada hewan peliharaan kita. Tuhan bukan saja memastikan kebutuhan jasmani kita terpenuhi, bahkan lebih dari itu, Tuhan Yesus mengorbankan nyawanya di kayu salib untuk menyelamatkan kita. Sesuatu yang tidak mungkin kita akan lakukan untuk hewan peliharaan kita.

Kehadiran Allah sebagai Gembala bagi umat-Nya sudah diberitakan sejak zaman Israel kuno (Maz 23, 80; Yes 40; Yer 23; Yeh 34, dll). Dan dalam ayat di atas, Tuhan Yesus mengulang lagi konsep tersebut di hadapan orang Farisi dan para murid-Nya, untuk menyatakan dengan jelas identitas-Nya sebagai Allah atas Israel. Apa yang Tuhan Yesus nyatakan adalah penggenapan dari kitab para nabi tentang kehadiran seorang Gembala bagi umat Allah, yang bukan saja mengasihi dalam hal jasmani tetapi juga memulihkan kerohanian umat Allah. Francis Chan menggambarkan kasih Gembala ini dengan istilah crazy love, sebuah kasih yang tidak masuk di dalam logika dan akal manusia. Bagaimana mungkin seorang manusia mau mati untuk seekor hewan? Bagaimana mungkin sang Pencipta mau mati bagi ciptaan? Bila bukan karena ‘kasih yang gila’ kepada kita, maka tidak mungkin hal itu terjadi. Bulan ini kita akan kembali memperingati Jumat Agung dan merayakan Paskah. Mari kita memulai perjalanan iman kita di bulan ini dengan kesadaran, betapa besar kasih Allah kepada kita yang tidak pantas dikasihi ini.