HADIR DALAM BADAI

⁵Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” ⁶Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu- perahu lain juga menyertai Dia. ⁷Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. ⁸Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” ⁹Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. ⁴⁰Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” ⁴QMereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?” ( Markus 4)

Bacaan Alkitab
Ulangan 1-2
Yohanes 14
Mazmur 78
Amsal 11:27

Badai kehidupan dapat menimbulkan perasaan bahwa TUHAN jauh dan tidak memedulikan kita. IA seakan-akan diam, tak peduli, dan membiarkan kita mati-matian menghadapi badai. Akhirnya dalam ketakutan kita merasa akan tenggelam dan binasa. Kepercayaan kepada TUHAN hilang karena ketakutan begitu kuatnya menguasai diri kita. Perhatian difokuskan pada badai permasalahan yang sedang berkecamuk, sehingga kita melupakan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan. Murid Yesuspun demikian ayat 38 menuliskan – pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
Yesus yang mengajak murid-murid-Nya untuk menyeberang pada waktu itu, IA juga ikut serta bersama murid-murid-Nya berada di perahu yang sama menyeberangi danau. IA menyertai murid-murid-Nya. Namun ketika angin keras menghantam perahu, kepanikan melanda semua orang yang ada dalam perahu. Mereka berteriak-teriak panik dan akhirnya merespons secara negatif keadaan itu. Dengan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
Ketakutan yang berlebihan bisa membuat kita tidak bisa percaya kepada TUHAN yang menyertai kita. Fokus kita hanya pada masalah yang berkecamuk saja, bukan pada kuasa-Nya. Dalam badai sekeras apa pun, marilah kita percayakan hidup kepada-Nya. TUHAN selalu menyertai kita. Marilah kita memohon belas kasihan TUHAN agar dimampukan untuk mengarahkan hati kepada TUHAN ketika menghadapi badai kehidupan. Kiranya setiap kita kembali diyakini Tuhan menyertai kita dalam mengarungi badai kehidupan. -HP