PANDANGAN KONTEMPORER TTG SEKSUALITAS

Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (Roma 1:26-27)

Banyak orang saat ini beranggapan bahwa Alkitab dan Kekristenan adalah homophobic ketika mempertahankan pandangan pernikahan yang heterogen. Dan tidak sedikit gereja-gereja di berbagai belahan dunia akhirnya merevisi pandangannya dan mengakui pernikahan sesama jenis. Mereka yang tetap bertahan dalam pandangan tradisional tentu menghadapi banyak kecaman, cemoohan, fitnah, bahkan beberapa menghadapi gugatan hukum. Beberapa dari mereka yang mengkampanyekan pernikahan sesama jenik masih mengaku Kristen dan membaca Alkitab, namun mereka menafsirkan ayat-ayat Alkitab terkait hubungan sesama jenis secara berbedaitulah mengapa mereka disebut kaum revisionis, yaitu mereka yang merevisi penafsiran tradisional yang dianggap tidak relevan dengan zaman dan menggantinya dengan penafsiran baru yang lebih dapat diterima zaman. Ayat di atas adalah salah satu contohnya, ketika dituliskan persetubuhan yang tidak wajar, maka mereka berargumen bahwa apa yang wajar dan tidak wajar dalam konteks zaman dulu bisa jadi berbeda dengan apa yang dianggap wajar dan tidak wajar di masa kini. Sehingga mereka beranggapan bahwa ayat ini tidak dapat dijadikan dasar mutlak untuk melarang pernikahan sesama jenis yang sudah dianggap wajar dalam konteks zaman ini. Terlebih lagi, ada orang-orang tertentu yang mengaku memiliki kecenderungan ketertarikan kepada sesama jenis sejak lahir (masa kecil), sehingga pandangan tradisional dianggap tidak adil bagi mereka.
Satu hal penting yang menjadi catatan bagi kita adalah bahwa ketertarikan seksual berbeda dengan tindakan seksual. Seseorang mungkin memang memiliki ketertarikan itu, tapi tidak harus dibuahi dalam tindakan (bd Yak 1:14-15). Pertanyaannya adalah, apa yang saya lakukan dengan ketertarikan itu? Pada akhirnya, Allah memberikan gambaran pernikahan mempelai laki-laki dan perempuan di akhir zaman yang menjadi puncak realitas dan kebahagiaan terbesar, sehingga kepuasan dan kebahagiaan yang manusia cari dengan jalannya sendiri hanya akan seperti debu disandingkan dengan permata. -Dan