TEOLOGI: ANTARA AJARAN DAN KEHIDUPAN
Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. 1Tim 4:15-16
Di tengah segala diskusi tentang teologi yang membumi, satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah sisi kehidupan dari orang-orang percaya sebagai messenger dari pesan teologi itu sendiri. Kesaksian hidup seorang Kristen sering kali memainkan peranan penting dalam memproklamirkan pesan teologi yang diusung. William Lane Craig, salah seorang apologis ternama, menuliskan, Lebih sering daripada tidak, siapa diri Anda akan membawa orang yang belum percaya kepada Kristus lebih daripada apa yang Anda katakanapologetika tertinggi adalah kehidupan Anda. Senada dengan itu, Paulus dalam ayat ini mengingatkan kepada Timotius bahwa selain penting untuk mengawasi ajaran (teologi), penting pula untuk mengawasi diri/ hidup. Mengawasi ajaran/ teologi lebih mudah dipahami, dan lebih sering dibahas daripada mengawasi hidup. Ajaran yang salah memang berbahaya dan dapat menyeret pada kesesatan dan kebinasaan, namun hidup yang tidak dijaga tidak kalah berbahayanya. Dalam pesannya kepada Timotius, Paulus menuliskan, bertekunlah dalam semuanya itu. Kita bukan hanya harus mengawasi hati kita sendiri (bukan hati orang lain), tetapi kita harus mengawasinya dengan tekun. Dengan kata lain, kita harus melakukannya terus menerus (bukan hanya setahun sekali atau seminggu sekali) dan sungguh-sungguh (bukan sembarangan). Bukankah di awal kita sudah melihat bahwasanya hati kita yang berdosa begitu rentan? Maka jika kita tidak mengawasi hati kita (yang darinya segala sesuatu mengalir keluar dalam hidup kita) maka bisa jadi hidup kita justru berlawanan dan kontra- produktif dengan ajaran teologi yang kita beritakan. Teologi yang membumi melihat kepada kasih Allah yang menjadi manusia (inkarnasi) sebagai teladan tertinggi, maka ketika hidup kita tidak diiringi dengan kasih dan kerendahan hati, maka hidup itu berlawanan dengan berita Injil yang kita sampaikan. Injil senantiasa mengarahkan manusia kepada Yesus yang adalah pribadi penuh kasih karunia dan kebenaran (Yoh 1:14), sehingga jika kita hanya berfokus kepada kebenaran, namun kasih karunia tidak ditemukan dalam hidup kita, maka hidup itu pun akan menjadi pemberitaan yang tidak utuh dan bahkan kontra-produktif. Biarlah anugerah Roh Kudus yang terus menolong kita untuk senantiasa mengawasi ajaran (message) dan hidup (messenger). -Dan