TELADAN SEMPURNA TUHAN YESUS
Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. Sesudah itu Ia datang kepada murid- murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.” Matius 26: 43-46
Sering kita menyaksikan bahwa ada orang yang menyerah pada keadaan yang sulit. Mungkin kesulitan yang dialami bertubi-tubi atau terlalu berat untuk dipikul sebagai manusia. Tapi ada juga tidak terkecuali anak Tuhan, menyerah pada keadaan yang sebenarnya sepele. Itulah murid yang diceritakan di perikop di atas. Mereka menyerah pada rasa ngantuk yang menyerang. Bisa saja mereka lelah karena seharian berjalan bersama Tuhan Yesus. Tapi, dibanding Tuhan Yesus yang sedang mengahadapi kematian yang mengerikan, rasa ngantuk tidak ada apa-apanya. Mata orang bisa melek, jika ia sedang menghadapi peristiwa yang akan merenggut nyawanya. Karena menyerah pada rasa ngantuknya, akhirnya mereka tidak bisa bersama-sama dengan Tuhannya di tengah pergumulan-Nya. Dengan kata lain tidak setia, jatuh dalam pencobaan. Sebaliknya, Tuhan Yesus memberi teladan yang sangat sempurna. Saking beratnya pergumulan yang Tuhan alami, keringatnya bercampur darah. Kalau murid, saking ngantuknya mereka sehingga bercampur dengan ngoroknya. Tuhan Yesus justru berdoa di tengah pergumulan menghadapi kematian. Mungkin kita berkata, bukankah Dia seratus persen Allah, pasti tahu apa yang perlu dilakukan ditengah kondisi demikian. Betul, tapi Dia juga seratus persen manusia. Ia takut, itu jelas dari ungkapan-Nya, mau mati rasanya (ay.38). Godaan yang cukup kuat pada waktu kita mengalami pergumulan adalah menyerah. Karena kita melihat bahwa kita tidak mampu menghadapinya. Karena kita mengira bahwa tidak ada jalan keluar dan kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sama seperti bangsa Israel dengan berpikir bahwa mereka akan mati. Mereka seolah melupakan bahwa ada Tuhan yang selalu menyertai mereka. Mestinya ada ingatan pada masa lalu yang sebenarnya tidak begitu lama, hanya beberapa hari saja, Tuhan dengan kuasa-Nya menopang mereka sehingga mereka keluar dari Mesir. Dan bukan hanya keluar begitu saja, dengan kedaulatan-Nya, bangsa ini bisa memperolah bekal dengan merampas barang-barang dari orang Mesir itu. Semestinya mereka menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan. -FD