MENGUBAH MENYERAH MENJADI BERSERAH
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.” Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka.
Keluaran 14: 15-19
Dari bagian firman yang kita baca di atas, di sana kita melihat dua pihak yang di dalam menghadapi pergumulan melakukan tindakan yang keduanya sangat kontras. Orang Israel di satu pihak bersungut-sungut dan menyalahkan Musa (secara tidak langsung Tuhan) dan di pihak lain, Musa berseru-seru kepada Tuhan. Dengan kata lain, orang Israel sudah pasrah dengan keadaan yang ada, bahwa mereka akan mati, tetapi Musa terus berjuang dengan berseru-seru kepada Tuhan memohon pertolongan.
Walaupun kalau kita renungkan lebih dalam, seolah Tuhan menegur Musa dengan sebuah pertanyaan. Karena Tuhan sudah berjanji bahwa Ia akan menyertai terus bangsa ini, asal mereka tetap percaya pada Tuhan. Mungkin juga Musa sudah mulai putus asa dengan tingkah laku bangsa Israel yang terkenal tegar tengkuk itu. Sebagai seorang pemimpin, semestinya memberi teladan untuk tetap teguh percaya pada Tuhan.Tapi, paling tidak, Musa datang kepada Tuhan untuk berdoa. Apa yang dilakukan Musa, itulah yang Tuhan mau ada dalam kehidupan kita pada waktu mengalami pergumulan. Inilah namanya mengubah rasa menyerah menjadi berserah.
Setiap kita pasti mengalami pergumulan yang mungkin berat. Persoalannya adalah kita menyerah pada keadaan yang sulit itu atau kita mengubahnya dengan berserah kepada Tuhan di dalam doa? Luar biasanya, walau Tuhan seperti agak jengkel dengan berseru- serunya Musa, tapi Tuhan menyatakan jalan keluar dari keterpurukan mereka. Apa itu? Musa tinggal mengangkat tongkat saja. Gampang bukan? Tidak seberat tombak dan perisai Goliat, raksasa itu, tidak sesulit membuat perahu untuk menyeberang, bukan?
-FD