MENYERAH ADALAH TITIK AWAL KEKALAHAN

Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon. Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” Keluaran 14: 9-11

Mungkin kita pernah mendengar ungkapan kalah sebelum berperang atau sebelum bertanding. Orang bisa saja mengalami demikian karena dihantui ketakutan yang luar biasa, sehingga akal dan nalar sehat mereka tidak berjalan dengan baik, mereka sudah lumpuh secara mental. Itulah yang dialami bangsa Israel, ketika menghadapi orang Mesir dengan kuda dan kereta perang yang mengejar mereka sedangkan di depan, mereka tehalang oleh laut yang dalam dan luas. Perkataan mereka apakah tidak ada kuburan di Mesir mengungkapkan satu hal bahwa mereka sudah menyerah pada keadaan di atas dan mereka berpikir tidak ada jalan keluar dari kesulitan yang mereka alami. Bagi mereka kematian sudah di depan mata dan tinggal menunggu saat yang sangat mengerikan itu, yaitu dibantai oleh tentara Firaun yang terkenal kejam itu. Memang secara logika manusia sepertinya tidak ada jalan keluar, karena dari belakang ada tentara Firaun yang menyerang sedangkan di depan terbentang laut yang dalam. Dan ketika mereka menyeberangnya tanpa transportasi seperti perahu, sama saja mati akhirnya. Mungkin kita pernah mengalami hal yang mirip dengan yang dialami bangsa Israel. Kesulitan yang sudah terpampang didepan mata kita begitu besar dan sulit kita menyelesaikannya. Apalagi kalau sebelumnya pernah kita mengalami kesulitan yang mungkin berbeda tetapi memberi tekanan yang sangat besar. Belum lagi kalau kesulitan tertentu membawa trauma dalam hidup kita karena gagal melewatinya, sehingga membuat kita tidak berdaya. Bagaimana rasanya ada di tengah situasi yang demikian? Apakah anda kehilangan arah dan tujuan hidup anda? Apakah kita boleh menyerah dan kalah terhadap keadaan yang ada. Yang pasti, Allah tetap bersama bangsa Israel dan Ia telah berjanji untuk itu. Juga bagi kita, bukan? -FD