PERGUMULAN RELASI

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; ⁴Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-nya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, ⁵tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. ⁶Firman TUHAN kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? ⁷Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” ⁸Kata Kain kepada Habel, adiknya: “Marilah kita pergi ke padang.” Ketika mereka ada di padang, tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. Kejadian 4

Salah satu pergumulan yang dihadapi oleh manusia adalah terkait dengan relasi. Jatuhnya manusia ke dalam dosa membawa dampak rusaknya relasi – baik yang terjadi dan pasti relasi yang rusak dengan Allah; manusia-pun mengalami kerusakan relasi dengan sesamanya. Tidak peduli dalam hubungan dekat maupun jauh. Alkitab mencatatkan rusaknya relasi antara Adam & Hawa dalam defense mechanism mereka untuk saling menyalahkan – terlebih lagi yang dilakukan keturunan mereka, di mana Kain menghabisi adiknya, Habel. Sekalipun Tuhan telah mengingatkan bahwa ada dosa yang senantiasa mengintip-nya. Relasi suami istri, relasi kakak beradik, relasi orangtua anak – semua telah tercemar sehingga manusia senantiasa mengalami pergumulan dalam hal ini. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan hal yang juga sudah dicatatkan dalam Alkitab → Adam Hawa, Kain Habel, Daud Absalom, dan masih banyak contoh lainnya. Mungkin kita membangun berbagai alasan untuk menemukan asal muasal penyebab masalahnya, entah itu harta, warisan yang tidak merata, entah itu kekuasaan yang diperebutkan yang seharusnya jatuh ke anak kandung tetapi dipercayakan ke anak tiri, entah itu problema dihargai & tidak dihargai sehingga muncul sumpah serapah dari mulutnya, bahkan kutuk yang dibawa sampai mati.
Pergumulan relasi yang ringan acapkali menghampiri kita tatkala ada salah pengertian di antara kita, di antara saudara seiman. Walaupun ringan namun bila tidak pernah diupayakan untuk diselesaikan maka akan menjadi kanker relasi yang menggerogoti hati & kehidupan kita. Sementara mungkin kita juga mengalami keadaan yang ekstrim, yang seolah tak-kan terjembatani, rekonsiliasi menjadi hal yang seakan tidak mungkin terjadi. Manusia selalu merasa sebagai pihak yang benar, dan seteru-nya menjadi pihak yang salah. Dalam keadaan demikian mungkinkah kita masih bisa berpikir bahwa TUHAN sanggup menolong? Yakinlah, bahwa tidak ada perkara yang Allah tidak sanggup selesaikan. IA adalah Allah yang selalu sanggup. -JP