30 Juli 2022 📖 Keluaran 33:1-23 🙏 Akrab dengan Tuhan

30 Juli 2022
📖 Keluaran 33:1-23
🙏 Akrab dengan Tuhan

Renungan
Tidak seorang pun yang dapat melihat Allah dan tetap hidup. Hanya orang yang suci hatinya yang dapat melihat Allah (Mat. 5:8). Padahal semua manusia telah berbuat dosa (Rm. 3:23). Maka jika ada orang yang berkata bahwa ia telah melihat Tuhan secara langsung semasa hidupnya, itu akan menjadi perbincangan yang tiada habisnya. Bagaimana seseorang bisa melihat Allah?

Setelah peristiwa anak lembu emas, Musa membentangkan sebuah kemah di luar perkemahan orang Israel agar setiap orang yang mencari Tuhan dapat datang ke kemah itu (7). Ini merupakan anugerah bagi bangsa Israel (5), mengingat mereka adalah bangsa yang telah berdosa terhadap Tuhan. Dosa menghalangi keakraban mereka dengan Tuhan. Namun anugerah-Nya tetap nyata bagi mereka melalui kemah pertemuan. Di kemah pertemuan itu, Tuhan berbicara dan menyatakan janji penyertaan kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya (11). Hal ini menunjukkan keakraban antara Tuhan dengan Musa, bukan semata-mata teofani (penampakan atau penyataan). Keberanian Musa meminta untuk melihat kemuliaan Tuhan dan kesediaan Tuhan mengizinkan Musa untuk melihat belakang-Nya, menunjukkan eratnya keakraban antara Musa dengan Tuhan.

Bisa akrab dengan Allah tentu merupakan anugerah Allah. Anugerah yang direspons dengan penyembahan dan ketaatan pada kehendak-Nya. Maka umat Tuhan yang bergaul akrab dengan-Nya akan dapat melihat Dia. Tentu tidak harus selalu melihat dengan mata jasmani, melainkan merasakan dan menikmati hadirat Tuhan.

Bagi kita umat Kristen, Kristuslah pengantara kita yang mempersatukan kita dengan Allah. Melihat Kristus berarti melihat Allah karena di dalam Dialah seluruh kepenuhan Allah berada (Kol. 1:19). Di dalam Kristus, kita dapat bergaul akrab dengan Allah, melalui persekutuan pribadi dengan Allah tiap-tiap hari. Namun tentu keakraban itu harus direspons dengan hidup suci dan taat pada firman-Nya.