MENAFSIR HUKUM

25Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” 26Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” 27Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 28Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” 29Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Lukas 10

Salah satu topic pembicaraan dalam tim penyempurnaan Tata Sinode adalah mengagendakan sebuah pertemuan dengan segenap pimpinan gereja & hamba Tuhan dari 18 gereja anggota untuk menyelaraskan pemahaman terhadap Tata Sinode itu sendiri untuk menghindarkan kesalah-mengertian sehingga pelaksanaan kehidupan bersinode, bergereja dan berjemaat dapat terjadi dengan baik. Kembali ke ahli Taurat. Bila kita menyimak kisah-kisah lain yang diangkat dalam Alkitab tentang bagaimana sikap orang Yahudi terhadap kaum blasteran Samaria; juga terhadap orang-orang non Yahudi lainnya, maka sangat bisa dipahami bila pertanyaan sesamaku manusia itu muncul. Pola dan kebiasaan penggolongan manusia yang terjadi sekaligus menimbulkan kosekuensi terhadap pelaksanaan dari hukum/perintah tersebut yang ini sesamaku, dan yang ini bukan sesamaku. Persepektif sesamaku ditinjau dari kacamata manusia itu sendiri; seharusnya dari kacamata Allah sebagai pihak yang memberi hukum dan perintah itu. Siapakah yang dimaksud Allah tentang sesama manusia yang diciptakan-Nya. Ini bagian yang harus menjadi dasar pemahaman/tafsiran kita.

DOA: Tuhan tolonglah aku untuk memahami hukum & perintah-Mu agar aku agar dapat melakukan hukum sesuai dengan kehendak-Mu.
-JP