BERKELIT DALAM PEMAHAMAN
25Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” 26Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” 27Jawab orang itu: “Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 28Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau
akan hidup.” 29Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Lukas 10
Islah Bahrawi dalam salah satu channel YouTube mengatakan bahwa manusia beragama menjalankan tafsir agamanya. Apa yang
dinyatakan secara tertulis dalam kitabnya dipahami melalui sistem tafsir yang menghasilkan sebuah pengajaran atau doktrin, yang diyakini
sebagai kebenaran dan dijalankan. Dalam sebuah agama bisa memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap sebuah teks.
Sekali lagi kita berhadapan dengan seorang ahli Taurat yang sedang mencobai Yesus dengan sebuah pertanyaan, dan dijawab oleh
Yesus dengan pertanyaan pula. Yang menjadi perenungan kita justru pada sebuah pertanyaan yang diajukannya tatkala Yesus sudah
membenarkan jawabannya. Pertanyaan tersebut tentang Siapakah sesamaku manusia? yang dilontarkan untuk membenarkan dirinya.
Pertanyaan kita, bagaimana ahli Taurat ini menafsirkan sesamaku manusia?
Sesamaku bisa diartikan semua manusia, siapa saja tanpa kecuali. Tapi bisa diartikan manusia yang sama dengan aku mungkin
dalam level dan golongan tertentu. Bisa jadi terkait dengan perbedaan lainnya. Tanpa kita sadari tafsiran atau pemahaman seperti ini terjadi & tersembunyi dalam kehidupan kita, namun muncul dalam prilaku yang membuat kita membeda-bedakan orang dalam interaksi dan relasi. Bagaimana kita?
-JP