PERINTAH & KOSEKUENSI-NYA

7Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. 8Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. . . . .
10Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. 11Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. 1 Yohanes 3

Sekali waktu saya ngobrol dengan seseorang, dan salah satunya membicarakan tentang bagaimana caranya membuat orang/ masyarakat dapat hidup mentaati aturan-aturan, karena ada saja peristiwa terkait dengan pelanggaran aturan namun sang pelanggar tidak merasa bersalah
dan menganggap sah-sah saja bila pelanggaran itu terjadi. Kosekuensi dianggap bisa menjadi salah satu cara untuk mereduksi sebuah
pelanggaran dengan mengenakan akibat yang berefek jera. Lalu bagaimanakah dengan pelanggaran hukum atau perintah Kasih itu sendiri? Adakah & apakah kosekuensinya? Berdasarkan nats di atas seakan-akan tidak ada kosekuensinya, paling hanya disebut sebagai
orang yang tidak mengenal Allah karena Allah itu Kasih. Namun sesungguhnya ini tidak sekedar sebutan, namun juga memiliki kandungan
kosekuensi yang mahaberat, karena seseorang yang tidak mengenal Allah maka ia akan mengalami hal-hal yang sebaliknya dari semua atribut
yang diberikan kepada Allah. Allah itu kasih ia tidak hidup di dalam kasih, Allah itu Kebenaran ia senantiasa hidup di dalam dosa, Allah itu Hidup ia hidup dalam kebinasaan, dan masih banyak lagi yang terjadi kepadanya. Pertanyaannya, apakah mereka yang tidak mengasihi itu mengetahui kosekuensi yang akan mereka terima? Sementara dalam kekinian mereka bertindak, mereka tidak melihat lebih jauh dalam kehidupan mereka, bahkan sampai kehidupan setelah kematian. Kasihan!
-JP