IMAN YANG MEMBUMI
Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: “Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” Kejadian 39: 7-9
Kalau boleh saya menyatakan dengan kalimat sendiri, apa itu iman yang membumi adalah iman yang menyatu dengan diri kita, dia selalu bersama kita kemanapun kita berada. Jadi, bukan iman yang hanya ada di atas awan-awan, ketika berkata haleluya, atau waktu kita beribadah, berada di gereja atau sedang pelayanan, tidak. Tapi iman itu menyatu dengan diri kita, hadir di dalam kehidupan kita. Kalau tidak, kita menjadi orang yang munafik, atau terus berkubang dalam dosa. Kehidupan Yusuf mengambarkan dengan jelas, apa itu iman yang
membumi. Kejadian 39: 2, menyatakan bahwa Allah menyertai Yusuf dan Yusuf mengimani hal itu. Itu dengan jelas terlihat, mengapa ia
tidak berbuat dosa dengan tidur bersama istri tuannya. Makanya ia berkata, Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah? dan semakin ditegaskan dengan kata-katanya kepada sudaranya, bahwa memang mereka mereka-rekakan yang jahat terhadap dia, tetapi Allah merekarekakannya untuk kebaikan. Iman yang membumi ini yang membuat Yusuf tidak munafik, seperti kebanyakan orang Kristen. Dimana dia berada, tetap dia percaya Allah ada dan melihat apa yang dia lakukan di tempat yang paling tersembunyi sekalipun. Dan ini yang membuat dia tidak berkubang dalam dosa, sabaliknya ia disertai Tuhan dan dipakai oleh-Nya untuk kemuliaan nama-Nya. Orang Kristen mestinya begitu, memiliki iman yang membumi, sehingga dilihat orang atau tidak, orang Kristen memiliki kehidupan yang baik, kudus adanya. Karena mereka sadar seperti Yusuf bahwa Allah selalu menyertai serta melihat segala aspek kehidupan kita. Dan kehidupan iman ini tidak bisa kita splidkan, kalau ada orang kita hidup bebas, berbuat sesuka hatinya. Kalau ada orang yang melihat, kita takut ketahuan apa dan siapa kita. Kalau di tempat kerja karena kita anggap itu duniawi, maka kita bertindak seperti orang dunia dan tidak menunjukkan iman kita kepada Allah. Maka kita munafik dan berkubang dalam dosa. -FD