ORANG KRISTEN DAN KEHIDUPAN SabtuIMANNYA
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Matius 5:13-16
Gereja (orang percaya) dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Disatu sisi dipanggil menjadi umat yang kudus, tetapi di sisi lain dipanggil untuk hidup di tengah-tengah dunia. Oleh sebab itu, tidak boleh mengasingkan diri dari masyarakat atau menutup diri terhadap dunia luar, karena menganggapnya kotor dan bersifat duniawi. Orang Kristen juga tidak boleh terjebak dalam pola pikir dikotomi, yang memisahkan antara rohani dan jasmani atau duniawi. Hal rohani dipandang kudus, sedangkan yang bersifat jasmani dianggap kurang atau tidak kudus. Pola pikir dikotomi akan membuat seseorang berpikir bahwa dunia kerja, masalah social, politik, dll tidak ada hubunganya dengan masalah rohani. Perlu diketahui, bahwa baik rohani maupun jasmani merupakan satu kesatuan dalam hidup manusia. Andar Ismail menjelaskan
bahwa, karya penyelamatan Yesus bukan hanya memulihkan dan menghidupkan kembali manusia yang telah mati karena dosa, tetapi juga memulihkan kembali ciptaan yang telah rusak karena dosa. Kebangkitan Kristus adalah perbuatan Allah berupa re-kreasi (penciptaan ulang) atas kreasi (ciptaan). Eka Darmaputra menegaskan, bahwa keselamatan yang dikerjakan Yesus mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadinya, sosialnya, ekonominya, kulturalnya maupun kehidupan politiknya. Tujuannya agar terjadi suatu pembaruan hidup yang
utuh atau menyeluruh dalam diri manusia. Pembaharuan yang dimaksud adalah manusia yang telah dibaharui secara menyeluruh oleh Roh Kudus. Baru secara intelektual, emosional, dan spiritual. Baru secara relasional, artinya baru dalam menjalin relasi individualnya, sosialnya, ekonominya, kulturalnya, dan relasi politiknya. Oleh sebab itu, ketika berbicara iman yang membumi, berarti berbicara tentang iman yang dinyatakan atau diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Yesus menggambarkan kehidupan orang beriman seperti garam dan terang. Pertama, garam dan terang berbicara tentang identitas. Garam dikenali dari warna dan rasanya, sedangkan terang dikenali dari cahayanya yang kontras dengan yang gelap. Kedua, garam dan terang berbicara tentang fungsinya. Garam berfungsi untuk memberi citarasa dan mengawetkan atau mencegah pembusukan, sedangkan terang berfungsi untuk menerangi di tengah kegelapan. Artinya kehidupan orang percaya harus memiliki identitas yang berbeda dengan orang-orang dunia, tetapi harus mampu menyatakan kehidupan imannya dalam hidup keseharian. Mampu menjaga kesaksian hidupnya dan memberikan pengaruh positif dalam semua aspek kehidupan. -SP
Refleksi: bagaimana dengan kehidupan iman saya dan Anda? Sudahkah menunjukkan identitas sebagai murid Kristus dan memberi pengaruh yang positif bagi orang lain?