IMAN DAN KETELADANAN

Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu. 1 Tes. 1:6-8

Kehidupan IMAN tidak bisa dilepaskan dengan KETELADANAN hidup. Jadi, apabila kehidupan dan pernyataan iman tidak selaras dengan perbuatan atau kehidupan kesehariannya, pada hakekatnya tidak ada gunanya. Yakobus menyebutnya sebagai iman yang kosong dan mati (Yak. 2:20, 26). Iman yang benar akan menumbuhkan atau menghasilkan sebuah pembaharuan hidup yang secara konkrit dinyatakan baik dalam sikap, tutur kata, cara atau perilaku, dan nilai-nilai hidup yang sesuai dengan firman-Nya. Seperti yang terjadi dan disaksikan oleh jemaat di Tesalonika. Paulus memberikan apresiasi dan mengungkapkan sukacita serta rasa syukurnya ketika mendengar dan melihat kesaksian iman jemaat Tesalonika. Kehidupan iman mereka tidak hanya menjadi teladan di wilayah Makedonia dan Akhaya, tetapi juga sampai ke daerah-daerah
lain. Apa saja bukti keteladanan iman jemaat Tesalonika? Pertama, dalam ayat 3 Paulus menyebutkan: ada buah atau pernyataan iman yang konkrit, yang dibuktikan dengan hidup dalam kasih dan ketekunan. Kedua, dalam ayat 6 menyaksikan tentang ketaatan jemaat kepada Allah, bahkan sekalipun jemaat sedang menghadapi penganiayaan yang berat, mereka tetap menerima firman dengan sukacita. Ketiga, ada pembaharuan hidup yang radikal. Jemaat Tesalonika meninggalkan berhala-berhala yang dulu menjadi sesembahan mereka, lalu berbalik kepada Allah, dan mempersembahkan hidup mereka untuk melayani Allah. Tanpa KETELADANAN pernyataan IMAN tidak akan memiliki kekuatan atau daya dobrak, daya tarik, dan daya ubah. Sebagaimana diungkapkan seorang penulis, yang menyebutkan bahwa keteladanan hidup orang percaya adalah alat peraga yang nyata. Keteladanan hidup sebagai alat peraga akan memberikan daya tarik bagi orang yang melihat dan mendengarnya.
Oleh sebab itu, setiap orang Kristen seharusnya memiliki keteladan hidup, sehingga dapat menjadikan dirinya sebagai tempat berbagi, saling memberi nasehat, saling membangun, supaya setiap orang dapat merasakan dan melihat kasih Allah melalui hidup orang percaya. Paulus menggambarkan kehidupan orang Kristen seperti surat Kristus yang terbuka, yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Kor. 3:2-3). -SP

Refleksi: sudahkah saya dan Anda memiliki keteladanan hidup? Ingat saya dan Anda adalah surat Kristus yang terbuka, maka jadilah alat peraga bagi kemuliaan-Nya