IMAN DI TENGAH KEMAJEMUKAN

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.
1 Pet. 2:9-10, 12

Siapa yang dimaksud orang Kristen itu? Jika ada orang yang bertanya: mengapa Anda menjadi Kristen, apa jawaban Anda? Apabila kita tidak bisa menjawab difinisi orang Kristen, maka kita tidak akan mungkin mengerti mengapa menjadi orang Kristen. Tidak heran ada yang menjawab: menjadi Kristen karena menganggap di Kristen tidak banyak aturan, atau tidak rumit seperti yang lainnya. Ada juga yang menjawab: kalau meninggal biayanya tidak mahal; yang lain mungkin menjawab karena orang tua saya Kristen, jadi saya juga ikut. Jika itu jawabannya, berarti kita belum sungguh-sungguh memahami makna menjadi Kristen. Lebih dari itu, kita tidak akan pernah dapat memahami
apa tugas dan panggilan seorang Kristen. Dalam surat Petrus dijelaskan tentang identitas orang Kristen, yaitu orang yang dipanggil keluar (Yun: ekklesia, dari kata ek: keluar dari, dan kaleo: memanggil). Dipanggil keluar dari kegelapan (dosa) kepada terang Kristus, yang telah menebus dan menyelamatkan orang yang percaya.
Orang Kristen dipanggil untuk: pertama, memberitakan perbuatan Allah yang ajaib. Merujuk pada karya Kristus di kayu salib, yang dalam pasal 1 dijelaskan: bahwa kita telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia, dengan darah Kristus. Kedua, memiliki hidup yang mencerminkan Injil Kristus. Surat Petrus ditujukan kepada para pendatang, yang hidup di tengah masyarakat yang majemuk, maka Penulis menasihati agar orang Kristen memiliki cara hidup yang baik. Perilaku atau cara hidup yang baik adalah wujud nyata dari kehidupan iman seorang Kristen. Jika kesaksian hidup yang baik tidak ada, mustahil Injil berdampak bagi orang yang mendengar. Misalnya: kita memberitakan Injil, tetapi
hati kita dipenuhi kebencian, dendam, kemarahan, maka sudah pasti tidak akan berdampak atau seperti tong kosong nyaring bunyinya.
Jika kehidupan iman orang Kristen tidak menjadi kesaksian dan berkat, maka akan memalukan diri sendiri dan mempermalukan Tuhan. Kecuali jika tidak punya malu, maka bagi orang yang demikian kesaksian hidup tidak penting. Akan tetapi jika saya dan Anda adalah orang yang sungguh-sungguh beriman di dalam Kristus, pasti saya dan Anda akan memerhatikan cara, sikap, perilaku, dan kesaksian hidup di tengah masyarakat. Sikap, perilaku, dan kesaksian hidup yang sepadan dengan firman Tuhan. Dengan demikian maka orang yang mendengar, melihat, dan menyaksikan akan memuliakan Allah. -SP

Refleksi: mari renungkan, apakah cara, sikap, perilaku serta kesaksian hidup saya dan Anda sudah memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi orang lain?